Simponi Rindu
Hati saya saat ini begitu merindukannya. Sangat rindu akan kehadirannya. Rindu akan saudara yang telah pergi meninggalkan kampung halamannya. Demi apa? Ya, demi masa depannya, masa depan bangsa ini, dan juga masa depan dakwah. Dia pergi karena dia ingin memperbaiki segala hal yang terlihat di depan mata, yang sudah tak sesuai lagi dengan apa yang dicita-citakannya.
Masih saya ingat kata-katanya dulu. Katanya, “Ana rindu medan yang penuh tantangan, medan yang sangat mengasah, naluri pergerakan dan kepekaan hati atas semua problem-problem ummat. Memang kadang orang itu merasa sempit kalau ada dikandang ayam. Itu bagi mereka yang jiwanya seperti rajawali, tapi kalau jiwanya kayak anak ayam, kardus kecil aja rasanya luas.”
Masih saya ingat jelas pula keluh kesah yang ia sampaikan, canda yang ia lakukan, dan berbagai diskusi yang kami lakukan, diskusi tentang apa saja yang membangun semangat pergerakan kami.
Sungguh, saya rindu padanya. Entah kapan kami bisa berbincang kembali. Saling mengingatkan, saling menguatkan. Sampai kapan saya tidak tahu. Hati saya dipenuhi berbagai rasa, rindu, sedih, bahagia, dan harap bercampur menjadi satu. Semua bermuara akan satu hal, “saya merindukannya”. Saudara yang senantiasa hadir dalam setiap permasalahan, dalam setiap obrolan. Saudara yang selalu menguatkan saya di kala saya lemah, yang mencoba menghibur saya di kala saya sedang sedih. Ia pernah berkata, Ia tidak ingin melihat saudaranya bersedih sedikitpun. Ia akan senantiasa membuat saudaranya tersenyum dan bahagia. Subhanallah.
Air mata senantiasa mengalir saat saya mengingatnya, saat membacakan do’a rabithoh padanya. Apa yang saya rasakan tak mampu saya tuliskan. Hati ini bergemuruh, bergejolak, menciptakan sebuah simponi yang entah apa jenis iramanya. Ia begitu berarti bagi saya. Seorang saudara yang istimewa. Apakah simponi itu indah? Entahlah, saya pun tidak tahu. Yang pasti di saat mengingat dirinya, terpampang semua kenangan-kenangan indah yang dulu ia tinggalkan.
Sungguh, saya merindukanmu. Andai engkau bisa mendengarkan simponi hati yang telah tercipta, maka dengarkanlah, sekalipun hanya dari kejauhan.
Created by : hanan2jahid, sungguh aku mencintaimu karena Allah, semoga Allah
mempertemukan kita kembali dalam suasana yang sangat indah.
“Tetap istiqomah saudaraku, aku kan selalu menunggumu”
NB : Jazzakumullah untuk saudara-saudaraku. Untuk masukan2nya.
Diri ini hanyalah sebatang lidi tanpa antum dan antuna semua.
Semoga Allah pertemukan kita kembali di syurga yang penuh kenikmatan. Amin.
0 comments