Partner praktikum saya sedang serius membuat larutan titrasi untuk analisa keluaran RFC (reaktor fasa cair). Sementara saya harus memperhatikan kontrol suhu dan laju aliran dari pompa reaktor. Lelah juga ternyata walau hanya duduk dan mengamati, sambil sesekali kepala menengadah ke alat kontrol. Tapi ada baiknya juga, karena saya sekaligus dapat mengamati tingkah laku dari teman-teman di laboratorium proses industri kimia tersebut.
Suatu cerita dari kelompok sebelah...
Prang.......
Seluruh mata tertuju pada sumber suara. Dan ketika mendengar suara itu sudah dapat dipastikan akan ada yang bon alat alias memecahkan alat. Ternyata benar saja, sebuah tutup dari labu pemisah terpental karena cairan hasil esterifikasi yang terlalu tinggi suhunya. Karena sudah terbiasa dengan bon alat, maka semua hanya bisa tertawa dan percobaan pun dilanjutkan kembali.
Cerita dari kelompok yang lain...
Kleteng..kleteng..kleteng..
Suara bising dari alat pemasak bubur pulp (bahan pembuat kertas) senantiasa menemani kami saat praktikum. Belum lagi panas disekitar burner, dan tekanan gas yang harus diwaspadai. Tapi karena memang sudah prosedurnya seperti itu, praktikan tetap saja tekun menunggu hasil pemasakan dari bahan pulp itu. Agak lama juga mereka menunggu, hingga akhirnya waktu sudah mencapai batas yang diinginkan. Tutup tangki dibuka. Asap menyembul dari dalam beserta uap panasnya. Setelah uap hilang, mereka satu-persatu melihat ke dalam tangki. Wajah-wajah itu kecewa lalu tertawa. Ada apa gerangan? Ternyata bubur pulp itu hangus.
Cerita yang lain lagi.....
Seorang teman saya senantiasa tekun memegangi cawan petri yang sedang dipanasi. Masih percobaan esterifikasi juga. Dia selalu setia menunggu dan menunggu sampai hasil yang diinginkan. Wajahnya tampak serius sekali dan tegang karena memikirkan percobaan yang sangat lama ini. Lalu tiba-tiba teman yang lain memanggilnya, saat dia menoleh...jepret...dia pun tersenyum karena wajahnya akan tersimpan di dalam galeri foto suatu kamera digital.
............
Memang keadaan laboratorium seperti itu. Apalagi di teknik kimia yang notabene percobaannya adalah percobaan yang membutuhkan waktu lama. Tidak jarang praktikan pulang sampai maghrib atau malam. Belum lagi saat praktikum, sarana dan prasarana yang kurang mendukung seperti alat yang rusak atau kurang optimal, atau kondisi ruangan yang panas dan pengap akibat pembakaran maupun larutan-larutan kimia. Itu semua adalah suatu proses pembelajaran. Karena kondisi di lapangan sebenarnya bahkan lebih dari itu semua, baik di pabrik, maupun lokasi-lokasi riset dan sumber material.
Ada hal yang mungkin membuat kita menikmati itu semua, pertama adalah profesionalisme dalam segala aktivitas kita. Lalu yang kedua adalah niat yang ikhlas dalam menjalani itu semua. Dan yang terakhir yang tak kalah pentingnya, tersenyumlah. Karena dengan senyuman, selain otot-otot menjadi rileks, ketegangan yang ada juga menjadi terlupakan. Maka tersenyumlah, karena senyum itu ibadah. :)
Created by : hanan2jahid, saat laporan praktikum menunggu untuk dikerjakan :D
Di sekitar kampus saya banyak sekali becak yang antri setiap harinya. Biasanya para tukang becak itu selalu menawarkan jasa setiap kali orang melewatinya. Mereka sering mangkal di sekitar pintu-pintu gerbang kampus. Berbaris menunggu giliran masing-masing, seperti ada aturan non formal yang telah disepakati. Barisan terdepan yang akan memperoleh pelanggan, selanjutnya barisan kedua, ketiga, dan seterusnya, kecuali pelanggan memilih sendiri becak mana yang ingin dinaiki.
Becak merupakan transportasi alternatif dan memang satu-satunya kendaraan untuk mencapai kampus yang jaraknya cukup jauh dari gerbang utama. Saya biasa berjalan kaki untuk mencapai kampus, tetapi jika waktu sudah mendesak dan ada indikasi akan terlambat, maka saya lebih sering naik becak. Selain saya tidak memiliki kendaraan pribadi, naik becak juga sangat santai dan sejuk. Itu hanya pada saat mendesak atau membawa barang-barang tertentu yang cukup berat, jika tidak saya lebih senang berjalan kaki di pagi hari, hitung-hitung olahraga.
Ada hal yang sangat saya sukai dari komunitas tukang becak ini. Mereka sangat solid dan akrab satu sama lain. Selain itu mereka juga sangat ramah kepada para pelanggan. Tak jarang pelanggan bercakap-cakap dengan tukang becak dalam perjalanan. Biasanya tukang becak itu akan bercerita tentang pekerjaannya, keluarganya, dan kondisi negara yang carut-marut sehingga sangat berdampak pada kehidupan keluarga mereka. Kebanyakan dari mereka saya nilai cukup kritis dengan kondisi negara ini, bahkan banyak yang memberikan masukan dan uneg-uneg dari rakyat pinggiran (istilah yang mereka gunakan). Sebagai mahasiswa, tak jarang kita berdiskusi dengan mereka, mulai dari ekonomi sampai politik. Saya bahkan cukup terkejut dengan pengetahuan umum mereka yang sangat “up to date” dan sekaligus malu, sebagai mahasiswa terkadang ada beberapa permasalahan kontemporer yang lamban untuk direspon, sementara para tukang becak ibarat media cetak yang setiap harinya selalu mempunyai informasi baru tentang perkembangan negara ini.
Ada kisah menarik lainnya yang saya temui seputar tukang becak. Dia bukan tukang becak biasa, tapi luar biasa. Karena apa? Dia masih muda belia, bahkan masih remaja. Usianya saya kira sekitar 12 sampai 13 tahun. Becak itu pun terlalu tinggi baginya, bahkan untuk mengayuh sepeda saja kakinya tidak sampai ke dayung becak hingga dia harus membungkuk dan menggerakkan seluruh badannya untuk sampai pada kayuhan tersebut. Saat saya tanya kenapa jadi tukang becak, dia hanya menjawab, “Bantu bapak yang lagi sakit”. Subhanallah betapa berbaktinya dia sebagai seorang anak. Dia tidak sekolah lagi, tapi dia sedang menabung untuk biaya sekolah kelak. Tak jarang tubuh kecilnya kesulitan mengayuh becak yang cukup berat itu, namun semangatnya tak kalah dengan para mahasiswa yang demonstrasi di DPR (bisa aja deh). Tapi sungguh, saya sangat bangga padanya, walau hanya menjadi seorang tukang becak, namun semangat belajarnya sangat tinggi dan kemauannya untuk maju sangat besar, dan hal itu sangat layak untuk dicontoh oleh generasi muda.
Begitulah sekilas tentang kisi-kisi kehidupan para tukang becak yang layak kita ambil hikmahnya. Tanpa mereka, mungkin sebagian orang akan kesulitan untuk mencari transportasi alternatif. Walaupun sekarang katanya becak tidak layak masuk kota, dan terkadang memang becak menyebabkan kemacetan lalu-lintas, namun satu hal yang kita lupakan, komunitas becak ini layak mendapatkan penghargaan atas jasanya.
Anda bisa bayangkan betapa berat becak yang dikayuh dengan kaki, lalu cuaca yang panas tak dihiraukan saat menunggu pelanggan atau membawa pelanggan ke tempat tujuannya, dan hal lainnya yang sangat mungkin kita amati. Setidaknya kita atau aparat pemerintah bisa berlaku adil untuk mereka, bukan “gerebek, angkat, sita, dan masuk sel” yang seharusnya mereka dapatkan, melainkan sebuah kesepakatan atau aturan yang tidak merugikan. Bagi kita mungkin sekedar tidak memaki atau menjadi pelanggan mereka itu sudah cukup bagi mereka.
Kalau kata teman saya, “Perhatikan orang-orang lemah di sekitar kita”. Mungkin ungkapan itu cukup untuk membuka mata dan nurani kita untuk lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Wallahua’alam.
Created by : Hanan2jahid, GenRo Force Studio, di malam ujian hari ketiga.
NB : Terimakasih buat para tukang becak kampus yang selalu ada saat ana terlambat :D.
Lain kali ngga boleh terlambat ya, buat yang lain juga. Dan sekali-kali perlu tuh naik becak, biar tukang becaknya bisa menjemput rezekinya :)
ABeGe apaan sih? Sebenarnya kepanjangan dari ABG itu sangat banyak. Ada akhwat baru gede, ada akhwat berjilbab gede (maksa kali ya :D). Tapi pada kesempatan ini saya tidak membahas keduanya, melainkan ingin membahas ABG yang kepanjangannya adalah “Anak Baru Gede”.
Judul ini terinspirasi dari nasyidnya Justice Voice, sebuah grup nasyid yang sangat terkenal di kalangan ABG yang liriknya menarik, renyah, ringan namun bermakna. Mudah dicerna dan warna nasyid yang acapela semakin menambah antusias para remaja di Indonesia untuk memilih nasyid ketimbang musik lainnya. By the way, saya juga tidak ingi membahas tentang Justice Voicenya, tapi “ABG”nya.
Bicara tentang ABG memang tidak pernah ada kata habisnya. Dari dulu sampai sekarang ABG menjadi sebuah topik yang selalu hangat di kalangan orang tua, anak-anak, maupun ABG sendiri. Saya sendiri tidak tahu pasti sejak kapan singkatan ABG itu muncul, tapi yang jelas remaja usia pubertas (antara 13-17 tahun) termasuk ke dalam kategori ABG (kalau salah harap diralat). Dan biasanya karakter ABG sangat unik. Mereka akan berusaha mencari sebuah dunia yang sesuai dengan nalurinya, dengan ke-AKU-annya, dan dengan segala hal yang membuatnya bertanya-tanya “Siapa aku ini?”. Mereka juga akan mencari identitas dirinya di manapun berada, siapapun teman-temannya, dan bagaimana cara memperolehnya. Ingin menjadi idola, ingin diakui keberadaannya, dan selalu meniru apa yang menjadi trend anak muda saat ini. Maka pada saat-saat seperti ini peran orang tua dan lingkungan sangatlah penting dalam perkembangan jiwa para ABG.
Tapi kondisi bagaimana yang seharusnya dimiliki para ABG? Saya jadi ingat lirik nasyid Justice Voice kembali, “Udah cakep, soleh, prestasinya oke”. Sangat indah didengar. Memang seperti inilah kriteria pemuda islam. Cakep maksudnya bukan tampang yang cantik atau tampan, melainkan mampu melakukan hal-hal yang luar biasa, gesit, aktif, kreatif, dan memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya. Soleh berarti pemuda yang teguh dalam prinsip islam, rajin beribadah, akhlak yang baik, dan bangga dengan keislamannya sehingga senantiasa menerapkan nilai-nilai islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah di manapun berada. Terakhir, prestasinya oke. Setelah mampu memaksimalkan potensinya, maka prestasi yang dicapai juga merupakan prestasi yang membanggakan dalam hal-hal positif. Potensi pemuda antara lain adalah pemberani, pikiran ideal, kokoh pendirian, dan keuatan akal, jasad, dan ruhani yang bagus.
Banyak para pemuda terdahulu yang memiliki potensi yang luar biasa. Contohnya nabi Ibrahim yang pada usia remaja telah berani menghancurkan berhala-berhala di Mekkah. Ada juga Ali bin Abitholib, yang pada usia remaja telah memegang panji islam dalam peperangan. Masih banyak pemuda-pemuda islam yang lain yang prestasinya sungguh gemilang. Subhanallah...
ABG merupakan kaum yang sering kita lupakan, padahal mereka adalah penerus bangsa ini. Merekalah pewaris negeri ini, karena di pundak merekalah negeri ini akan dititipkan. Seandainya para remaja atau ABG saat ini sudah terlena dengan berbagai suguhan-suguhan yang tidak normatif, yang instan, dan hanya menampilkan berbagai kenikmatan semu belaka, maka buka mustahil jika suatu saat remaja negeri ini akan tertidur, dan ketika terbangun mereka hanya akan menjadi boneka-boneka yang tidak berprinsip, yang akan patuh oleh majikan yang telah membesarkan namanya.
Alangkah baiknya bila para remaja islam memiliki aktivitas yang bermanfaat dalam arti manfaat yang sebenarnya, yang sesuai dengan fitrah islam. Banyak cara yang bisa dilakukan ABG, seperti aktif di ROHIS, organisasi pendidikan dan keislaman, aktif dalam kompetisi pendidikan, dan lain-lain. Banyak sekali jika mereka mau. Dan saya yakin mereka akan menjadi pemimpin-pemimpin negeri ini kelak, pemimpin yang menjunjung nilai-nilai kebenaran.
Created by : Hanan2jahid (yang sudah tidak ABG lagi :D), teringat akan kehidupan para ABG yang sering terlupakan.
NB : Ayo, buat para ABG, maksimalkan potensimu, dan jadilah remaja yang keren abis dalam segala hal. Insya Allah, gak bakal nyesel deh. Tapi ingat, harus sesuai dengan Al-qur’an dan sunnah ya. Gaul tapi syar’i gitu lho. Ana yakin antum dan antuna yang ABG bakal bisa melewati semua tantangan zaman, okeh. :)
Pilkadasung adalah singkatan dari pemilihan kepala daerah langsung. Beberapa daerah akan segera melaksanakannya, termasuk Medan. Medan pada tanggal 27 Juni 2005 mendatang akan melaksanakan pemilihan walikota dan wakil walikota secara langsung. Dalam pilkada ini hanya ada dua pasang calon, yaitu walikota lama dan sepasang calon dari sebuah partai dakwah (PK-Sejahtera) yaitu Maulana-Sigit.
Banyak fenomena yang terjadi saat partai ini berusaha memperkenalkan calonnya kepada masyarakat. Bahkan untuk melakukan pasar murah sekalipun yang memang sudah menjadi program dari partai ini sejak awal meskipun tidak ada pemilu atau pilkadasung, sering mengalami kendala birokrasi di pihak kepala lingkungan. Lucu. Hanya dengan alasan yang terkesan dibuat-buat, kepala lingkungan senantiasa mempersulit kerja partai ini. Tapi itu adalah karakteristik dakwah, banyak rintangannya.
Pada pilkadasung ini, kader dakwah harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi. Bagaimana tidak? Dari sekian banyak masyarakat yang mendaftarkan diri, hampir sebagian besar masih mendukung walikota lama, walaupun hasil kerja walikota lama kurang signifikan, seperti pembangunan taman kota, tempat parkir, dan lampu taman, yang semua itu hanya menambah beban masyarakat saja, dan hanya orang-orang kelas menengah ke atas yang dapat menikmati fasilitas tersebut. Sementara rakyat harus menanggung beban biaya yang lebih besar dikarenakan tambahan pajak listrik dan air untuk menutupi biaya penggunaan listrik dan air untuk proyek walikota tersebut.
Proyek tersebut sebenarnya kurang urgen untuk dibangun, sedangkan pendidikan masih mahal, ekonomi masih semrawut, dan hal-hal lain yang belum terbenahi harus segera mungkin dilakukan perbaikan.
Pilkadasung ini hendaknya dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencari pemimpin yang benar-benar memperhatikan kepentingan masyarakat, bukan hanya memikirkan bagaimana mengenyangkan perutnya sendiri. Maka jadikanlah pilkadasung kali ini sebagai moment perubahan kondisi Medan yang jauh lebih baik dalam bukti-bukti nyata. Saya berbicara seperti ini karena melihat fakta di lapangan bahwa untuk memperoleh jabatan saja ada yang mengeluarkan dana sampai ratusan juta, bagaimana dia akan mengatur suatu daerah jika dalam pengaturannya dia hanya memikirkan bagaimana harus mengembalikan uang yang telah dikeluarkan.
Pilkadasung kota Medan ini harus diusahakan semaksimal mungkin. Inilah jihad siyasi bagi para kader dakwah. Karena ke depan, masyarakat menuntut hak mereka yang telah dirampas. Money politic, korupsi, nepotisme, maupun intrik-intrik lain yang biasa dilakukan agar segera dituntaskan. Jika salah memilih, maka prostitusi, perjudian, korupsi dan lain sebagainya akan merajalela karena memang para pemimpinnya didukung oleh para bandar judi, prostitusi, preman, dan berbagai birokrasi yang sudah kotor. Setiap kader dakwah harus punya bekal pertahanan diri, karena bukan mustahil kita akan menghadapi kekerasan dari pihak seberang.
Created by : hanan2jahid, GenRo Force Studio, 150505, 21.30 wib.
Kadang ana malu dengan ikhwah lain yang sudah banyak meng-closingkan orang untuk memilih Maulana-Sigit. Sementara ana masih sangat sedikit. Insya Allah kita sama-sama berjuang untuk memenangkan dakwah dalam pilkadasung ini. Yakinlah saudaraku, tidak ada kelelahan yang berarti selain melelahkan fisik dan jiwa kita untuk memenangkan dakwah ini. Allahuakbar...!!!
NB : Jangan lupa ya..buat masyarakat Medan untuk mengecek kembali pendaftaran dan memilih pemimpin yang benar. Ayo, perjuangkan kebenaran di manapun kita berada.
Saya sangat malu saat membaca sebuah email dari moderator sebuah milis. Pasalnya, saya sering posting “one liner”. One liner itu sejenis postingan yang hanya terdiri dari satu baris kalimat singkat, misalnya “setuju”, atau “iya dong”, dan lain-lain tanpa disertai kalimat-kalimat atau argumen pendukung yang menjelaskan kata tersebut (saya rasa para pembaca juga sudah tahu soal one liner ini).
Awalnya saya tidak tahu kalau jenis postingan one liner tidak diperbolehkan. Walaupun ada sebagian milis yang memperbolehkan. Memang ini adalah salah saya pribadi yang kurang teliti membaca netiket dari sebuah milis. Tapi alhamdulillah, ternyata masih ada saudara yang mengingatkan. Kalau tidak ada, bisa jadi postingan one liner berikutnya akan bertambah :)
Subhanallah...
Dari hal tersebut saya banyak belajar tentang aturan milis walaupun sudah lama bergabung bersama. Cyber jihad memang perlu, namun alangkah baiknya lagi bila aktivitas cyber kita bisa menghasilkan hal-hal yang bermanfaat, tidak hanya kesia-siaan belaka. Walaupun katanya dunia maya ini adalah dunia yang sangat bebas, namun lebih baik lagi bila disertai dengan disiplin terhadap aturan yang jelas dan benar. Mungkin termasuk blog ataupun chatting. Benar bukan?
Created by : hanan2jahid, saat diri ini berusaha menjadikan aktivitas cyber sebagai hal yang bermanfaat. Insya Allah.
NB : Afwan, semoga para pembaca bisa mengambil hikmah dari tulisan ini, dan semoga dakwah cyber tetap istiqomah. Tapi walaupun demikian, tetap profesionalisme dakwah cyber senantiasa dilakukan. Itulah ciri seorang muslim, profesional (mudah-mudahan ana juga bisa seperti itu ya).
Katakanlah, “Inilah jalanku, aku mengajak kalian kepada Allah dengan bashiroh, aku dan pengikut-pengikutku – mahasuci Allah, dan aku bukan termasuk orang-orang yang musyrik"
Jalan dakwah panjang terbentang jauh ke depan
Duri dan batu terjal selalu mengganjal, lurah dan bukit menghadang
Ujungnya bukan di usia, bukan pula di dunia
Tetapi Cahaya Maha Cahaya, Syurga dan Ridha Allah
Cinta adalah sumbernya, hati dan jiwa adalah rumahnya
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Nikmati perjalannya, berdiskusilah dengan bahasa bijaksana
Dan jika seseorang mendapat hidayah karenamu
Itu lebih baik dari dunia dan segala isinya..
Pergilah ke hati-hati manusia ajaklah ke jalan Rabbmu
Jika engkau cinta maka dakwah adalah faham
Mengerti tentang Islam, Risalah Anbiya dan warisan ulama
Hendaknya engkau fanatis dan bangga dengannya
Seperti Mughirah bin Syu’bah di hadapan Rustum Panglima Kisra
Jika engkau cinta maka dakwah adalah ikhlas
Menghiasi hati, memotivasi jiwa untuk berkarya
Seperti Kata Abul Anbiya, “Sesungguhnya sholatku ibadahku, hidupku
dan matiku semata bagi Rabb semesta
Berikan hatimu untuk Dia, katakan “Allahu ghayatuna
Jika engkau cinta maka dakwah adalah amal
membangun kejayaan ummat kapan saja dimana saja berada
yang bernilai adalah kerja bukan semata ilmu apalagi lamunan
Sasarannya adalah perbaikan dan perubahan, al ishlah wa taghyir
Dari diri pribadi, keluarga, masyarakat hingga negara
Bangun aktifitas secara tertib tuk mencapai kejayaan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah jihad
Sungguh-sungguh di medan perjuangan melawan kebatilan
Tinggikan kalimat Allah rendahkan ocehan syaitan durjana
Kerja keras tak kenal lelah adalah rumusnya,
Tinggalkan kemalasan, lamban, dan berpangkutangan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah taat
Kepada Allah dan Rasul, Alqur-an dan Sunnahnya
serta orang-orang bertaqwa yang tertata
Taat adalah wujud syukurmu kepada hidayah Allah
karenanya nikmat akan bertambah melimpah penuh berkah
Jika engkau cinta maka dakwah adalah tadhhiyah,
Bukti kesetiaan dan kesiapan memberi, pantang meminta
Bersedialah banyak kehilangan dengan sedikit menerima
Karena yang disisi Allah lebih mulia, sedang di sisimu fana belaka
Sedangkan tiap tetes keringat berpahala lipat ganda
Jika engkau cinta maka dakwah adalah tsabat,
Hati dan jiwa yang tegar walau banyak rintangan
Buah dari sabar meniti jalan, teguh dalam barisan
Istiqomah dalam perjuangan dengan kaki tak tergoyahkan
Berjalan lempang jauh dari penyimpangan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah tajarrud
Ikhlas di setiap langkah menggapai satu tujuan
Padukan seluruh potensimu libatkan dalam jalan ini
Engkau da’i sebelum apapun adanya engkau
Dakwah tugas utamamu sedang lainnya hanya selingan
Jika engkau cinta maka dakwah adalah tsiqoh
Kepercayaan yang dilandasi iman suci penuh keyakinan
Kepada Allah, Rasul, Islam, Qiyadah dan Junudnya
Hilangkan keraguan dan pastikan kejujurannya…
Karena inilah kafilah kebenaran yang penuh berkah
Jika engkau cinta maka dakwah adalah ukhuwah
Lekatnya ikatan hati berjalin dalam nilai-nilai persaudaraan
Bersaudaralah dengan muslimin sedunia, utamanya mukmin mujahidin
Lapang dada merupakan syarat terendahnya , itsar bentuk tertingginya
Dan Allah yang mengetahui menghimpun hati-hati para da’ie dalam cinta-Nya
berjumpa karena taat kepada-Nya
Melebur satu dalam dakwah ke jalan Allah,
saling berjanji untuk menolong syariat-Nya
Sumber :
NB : Puisi ini saya kutip langsung dari sumbernya. Saya sangat terkesan dan terharu dengan puisi ini, karena itulah saya ingin membaginya dengan antum dan antuna sekalian. Ingin membagi kebahagiaan saat membacanya, semangat saat mencerna kata demi kata, dan keindahan saat memaknai kata demi kata. Mudah-mudahan bermanfaat bagi siapapun yang membaca.
Tetaplah di jalan dakwah saudaraku...sesungguhnya ada kenikmatan tiada tara yang menunggu kita di sana kelak. Amin.
Alhamdulillah.....
Sudah selayaknya sebagai manusia kita mengucapkan syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan. Termasuk saya. Hari ini saya baru saja menyelesaikan seminar proposal penelitian saya. Dan alhamdulillah, semua berjalan dengan lancar.
Awalnya saya sempat tidak tenang. Padahal sudah sering melakukan seminar seperti ini, tetapi kali ini benar-benar gugup. Tidak tahu mengapa seperti itu. Bawaannya tegang dan gugup.
Namun, berkat motivasi dan semangat yang diberikan oleh saudara seperjuangan saya, dan berkat rahmat Allah juga, saya bisa mengatasi kegugupan saat presentasi. Pertanyaan demi pertanyaan dari dosen maupun audience dapat dijawab dengan lancar. Banyak masukan dari dosen penguji untuk penelitian yang akan saya lakukan bersama partner saya. Fiuh, lega rasanya sudah selesai presentasi. Seakan beban berat yang selalu dipikirkan lepas seketika itu juga. Meski penelitian akan berjalan pada bulan Juni, Insya Allah persiapan sudah matang dilakukan.
Walaupun letih, dan siangnya harus dilanjutkan dengan praktikum terakhir, tapi alhamdulillah lagi, Allah masih memberikan kekuatan dan kemudahan atas segala urusan-urusan saya.
Hanya satu kata yang mampu saya ucapkan...Alhamdulillah....
Created by : hanan2jahid, alhamdulillah seminar lancar. Mungkin kalau antum atau antuna mendapatkan berbagai kebaikan, kemudahan dan kelancaran dalam urusannya, insya Allah mengucapkan Alhamdulillah kan??...Atau tidak?? Insya Allah iya :)
Hati saya saat ini begitu merindukannya. Sangat rindu akan kehadirannya. Rindu akan saudara yang telah pergi meninggalkan kampung halamannya. Demi apa? Ya, demi masa depannya, masa depan bangsa ini, dan juga masa depan dakwah. Dia pergi karena dia ingin memperbaiki segala hal yang terlihat di depan mata, yang sudah tak sesuai lagi dengan apa yang dicita-citakannya.
Masih saya ingat kata-katanya dulu. Katanya, “Ana rindu medan yang penuh tantangan, medan yang sangat mengasah, naluri pergerakan dan kepekaan hati atas semua problem-problem ummat. Memang kadang orang itu merasa sempit kalau ada dikandang ayam. Itu bagi mereka yang jiwanya seperti rajawali, tapi kalau jiwanya kayak anak ayam, kardus kecil aja rasanya luas.”
Masih saya ingat jelas pula keluh kesah yang ia sampaikan, canda yang ia lakukan, dan berbagai diskusi yang kami lakukan, diskusi tentang apa saja yang membangun semangat pergerakan kami.
Sungguh, saya rindu padanya. Entah kapan kami bisa berbincang kembali. Saling mengingatkan, saling menguatkan. Sampai kapan saya tidak tahu. Hati saya dipenuhi berbagai rasa, rindu, sedih, bahagia, dan harap bercampur menjadi satu. Semua bermuara akan satu hal, “saya merindukannya”. Saudara yang senantiasa hadir dalam setiap permasalahan, dalam setiap obrolan. Saudara yang selalu menguatkan saya di kala saya lemah, yang mencoba menghibur saya di kala saya sedang sedih. Ia pernah berkata, Ia tidak ingin melihat saudaranya bersedih sedikitpun. Ia akan senantiasa membuat saudaranya tersenyum dan bahagia. Subhanallah.
Air mata senantiasa mengalir saat saya mengingatnya, saat membacakan do’a rabithoh padanya. Apa yang saya rasakan tak mampu saya tuliskan. Hati ini bergemuruh, bergejolak, menciptakan sebuah simponi yang entah apa jenis iramanya. Ia begitu berarti bagi saya. Seorang saudara yang istimewa. Apakah simponi itu indah? Entahlah, saya pun tidak tahu. Yang pasti di saat mengingat dirinya, terpampang semua kenangan-kenangan indah yang dulu ia tinggalkan.
Sungguh, saya merindukanmu. Andai engkau bisa mendengarkan simponi hati yang telah tercipta, maka dengarkanlah, sekalipun hanya dari kejauhan.
Created by : hanan2jahid, sungguh aku mencintaimu karena Allah, semoga Allah
mempertemukan kita kembali dalam suasana yang sangat indah.
“Tetap istiqomah saudaraku, aku kan selalu menunggumu”
NB : Jazzakumullah untuk saudara-saudaraku. Untuk masukan2nya.
Diri ini hanyalah sebatang lidi tanpa antum dan antuna semua.
Semoga Allah pertemukan kita kembali di syurga yang penuh kenikmatan. Amin.
Saat keheningan malam mulai merambat perlahan-lahan, saya terbangun dari lelapnya tidur, empuknya bantal, dan hangatnya ruangan kamar. Lalu saya teringat akan suatu hal yang belum diselesaikan. Tugas. Tetapi baru setengah jalan yang saya selesaikan, ada suatu keinginan kuat yang menarik tangan ini untuk menulis. Menulis tentang suatu keagungan Yang Maha Agung. Tentang suatu tempat yang di dalamnya terdapat kehidupan yang amat menggelorakan semangat.
Palestina....
Sebuah tanah air yang dahulunya melahirkan nabi-nabi mulia, para mujahid-mujahid tangguh dan para syuhada yang menggetarkan bumi dengan darahnya. Di tanah air ini pula terdapat sebuah masjid, yang dulunya merupakan kiblat pertama umat islam. Masjid yang memancarkan kemuliaan syahid bagi mujahid dan mujahidah yang berusaha mempertahankannya dari tangan-tangan Yahudi dan orang-orang yang tidak senang akan keberadaannya. Masjid Al-Aqso.
Mungkin sebagian besar umat islam masih ada yang tidak tahu akan keadaan sebenarnya dari Palestina, dari Al-Quds atau Al-Aqso, dan kondisi saudara-saudara seiman yang ada di sana. Karena apa? Banyak faktor yang menyebabkannya. Bisa jadi karena tidak sampainya informasi tentang hal itu ke negaranya, atau minimnya pengetahuan tentang Palestina dan Al-Aqso, tetapi bisa saya yakinkan bahwa yang paling banyak penyebabnya adalah karena mereka tidak mau tahu akan Palestina dan Al-Aqso.
Lihatlah...! Ini Palestina. Ini Al-Quds.
Lihatlah dengan mata kita, mata hati kita. Lihatlah saudara-saudara kita yang tanah airnya telah dicaplok sedikit demi sedikit dengan cara-cara yang zhalim. Rumah mereka dihancurkan dengan buldoser-buldoser tanpa ampun. Tanah mereka dirampas dengan kejam. Lalu kemudian dengan seringainya, para Yahudi itu membangun rumah mereka di atas tanah saudara kita, di atas darah saudara kita, karena tak jarang banyak yang syahid untuk mempertahankan tanah mereka.
Lihatlah para ibu yang sedang hamil, perut mereka dibelah hidup-hidup, hingga mereka kehilangan janin mereka, bahkan meregang nyawa karenanya.
Lihatlah para Yahudi yang dengan bangga merampas hak-hak umat muslim di sana, merampas kesucian para muslimah, merenggut nyawa para mujahid, dan setelah itu mereka berfoya-foya dengan khamr di atas darah para mujahid.
Lihatlah anak-anak yang dengan semangat juangnya, tak kenal kata takut menggenggam batu-batu kecil, yang dengannya mereka melempari para Yahudi durjana itu. Batu... saudaraku, bukan senjata. Sementara Yahudi dengan congkaknya menyandang senjata mereka, anak-anak itu hanya mampu membawa batu.
Lihatlah, mainan anak-anak Palestina bukanlah boneka atau mobil-mobilan seperti layaknya anak-anak Indonesia yang dimanja dengan berbagai materi mewah, tetapi mainan mereka adalah pecahan bom yang mereka rakit kembali untuk dihadiahkan kepada para pembunuh ayah dan ibu mereka, bagi para perampas rumah mereka.
Dan lihatlah masjid Al-Aqso itu. Tidakkah kita merasakan ada ruh yang terpancar darinya? Ruh para syuhada, yang nyawa dan jiwa mereka telah dikorbankan untk mempertahankannya. Betapa Al-Aqso itu sangat indah. Walau banyak masjid di dunia ini yang sangat mewah dan indah, namun pesonanya tak mampu mengalahkan pesona Al-Aqso.
Lihatlah saudaraku.....Lihatlah dengan mata hati kita. Inilah Palestina. Inilah Al-Quds.
Sebuah konspirasi internasional telah bermain di belakangnya. Ini bukan hanya masalah antar negara seperti yang dikatakan oleh kebanyakan orang, tetapi ini adalah masalah umat islam, masalah antara yang haq dan yang bathil. Masihkan kita berkata bahwa “ini bukanlah urusanku”? Setelah jelas melihat anak-anak, ibu-ibu, dan para pria yang dibantai dengan kejamnya. Tak layak para pembantai itu disebut sebagai manusia, bahkan lebih rendah dari binatang sekalipun. Apakah kita mau menjadi para pendukung kaum yang lebih rendah dari binatang? Jawabannya ada di hati kita masing-masing.
Sepahit dan seterpuruk apapun kondisi rakyat Indonesia saat ini, masalah Palestina masih lebih buruk dari itu semua. Sudah selayaknya kita sebagai umat islam, memberikan dukungan bagi saudara-saudara kita di sana dengan cara apapun, minimal do’a. Jangan kita menjadi para penghujat yang hanya bisa mencibir mereka, bahkan tak sadar ikut membantu Yahudi dengan membeli barang-barang yang sebagian dari keuntungannya digunakan untuk biaya Israel. Jangan kita mengatakan bahwa masalah Palestina bukanlah urusan kita. Dan jangan kita tidak mau tahu dengan masalah Palestina.
Ini Palestina. Ini Al-Quds. Lihatlah wahai para pemuda dan pemudi islam. Para pewaris negeri ini. Lihatlah dengan mata hati kita. Jika kita tidak sanggup untuk ikut membantu mereka secara langsung, maka do’akanlah mereka, dan sibukkan dirimu dengan hal-hal yang bermanfaat, yang dengan tanganmu dan kekuasaan Allah swt, engkau mampu merubah dunia ini dan menyebarkan islam ini menjadi rahmatan lil’alamin, rahmat bagi seluruh alam. Dan lelahkanlah dirimu untuk mengubah peradaban ini menjadi peradaban islam.
Lihatlah wahai saudaraku...
Karena dengan kemampuanmu untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik, dan dengan ikut merasakan perjuangan para mujahid dan mujahidah di Palestina, para syuhada akan tersenyum bangga padamu. Andai saja engkau tahu, para syuhada itu rindu ingin kembali ke dunia ini untuk meraih kembali kesyahidan mereka berulangkali, karena kesyahidan itu sungguh indah. Ruh mereka terbang ke syurga, dan Allah pun tersenyum pada mereka. Maka suburkanlah kerinduan kita akan syahid di jalan Allah. Terlalu muluk-muluk? Tidak. Setidaknya keinginan itu kita pupuk sejak dini, karena di mana pun kita berada, hendaklah kesyahidan yang akan menjemput kita.
Lihatlah...! Ini Palestina, Ini Al-Quds, yang dengan makar Allah, makar terbaik dan perjuangan umat islam, kemenangan itu akan kita raih. ALLAHU AKBAR !!!
Created by : Hanan2jahid, sungguh amat hina jika diri ini sampai melupakanmu wahai Palestina, Al-Quds, dan saudaraku di sana. Sampaikan salam perjuangan kami kepada para mujahid dan mujahidah di sana. Sungguh, di nadi-nadi kami telah mengalir darah-darah para mujahid. Kami senantiasa mendo’akanmu saudaraku, raihlah kemuliaan itu. Sesungguhnya Allah bersama kita.
Cuaca siang itu sangat panas. Kabarnya, suhu kota Medan dan sekitarnya telah mencapai 39 derajat celcius dan jarang sekali turun hujan. Serombongan mahasiswa berjilbab sedang asyik menikmati segarnya teh manis dingin, dan beberapa piring makanan di sebuah warung terdekat di sekitar kampus mereka. Salah satu mahasiswa itu adalah saya. Peluh sebenarnya sudah membasahi jilbab dan pakaian yang saya kenakan, namun karena dinginnya es teh manis yang membasahi kerongkongan, peluh itu seakan menguap dan menjauhi kami yang sedang membahas masalah praktikum yang setengah jam lagi akan segera dilaksanakan. Masih ada kesempatan untuk beristirahat sejenak, melepaskan lelah yang sedari pagi telah mampir ke tubuh ini. Bagaimana tidak? Malamnya saya harus menyelesaikan tugas-tugas yang menumpuk, dan tidur dengan waktu yang sangat minim. Badan terasa sangat letih dan lemas. Mata pun sudah sangat mengantuk. Andaikan disuguhi kasur, tak sampai sedetik mungkin mata ini akan segera terlelap, tetapi Alhamdulillah Allah masih memberi kekuatan untuk tidak tidur dan tetap beraktivitas.
Usai beristirahat, kami kembali ke laboratorium. Sementara yang lain sudah sampai di laboratorium, saya yang berada di barisan terbelakang rombongan berhenti sejenak. Saya tertarik memperhatikan rombongan bapak-bapak tua yang sedang beristirahat tidak jauh dari tempat praktikum kami. Saya rasa usia mereka berkisar antara 50 sampai 60 tahun, terlihat dari kerutan-kerutan di wajah mereka. Mereka adalah para pembabat rumput yang biasa mangkal di sekitar lab. Biasanya mereka beristirahat sat tengah hari, ada yang sedang makan, ada yang tidur, dan ada yang hanya sekedar duduk-duduk saja. Hanya senyum dan sapaan yang dapat saya berikan setiap kali melewati mereka.
Namun kondisi kali ini sungguh berbeda seperti biasanya. Ada sebuah pemandangan yang membuat hati saya tergetar. Sebuah pemandangan yang sangat menyentuh hati setiap orang yang lewat. Kecuali orang-orang yang telah buta mata hatinya. Di sudut lorong itu, ada beberapa orang bapak-bapak yang sedang makan dengan lauk seadanya. Saya dapat menebak bahwa mereka membawa bekalan dari rumah masing-masing. Lalu ada yang tidur hanya dengan beralaskan kardus dan koran, sangat lelap, mungkin karena mereka sudah kecapaian saat membersihkan rumput-rumput sekitar kampus. Sementara sepeda mereka diparkirkan tidak jauh dari tempat mereka beristirahat. Dan satu pemandangan yang paling menggetarkan hati saya, seorang bapak tua yang asyik memunguti sesuatu dari tempat sampah. Awalnya saya kira bapak itu hanya ingin membersihkan sampah di sekitar tempat istirahatnya, tetapi setelah saya cermati ternyata ia sedang memilah-milah sampah itu. Apa yang dipilahnya? Ternyata kertas-kertas yang ia ambil. Selain itu ada juga gelas dan botol plastik minuman bekas. Setelah dipilahnya kemudian ia masukkan ke dalam plastik dan ia gantungkan di sepedanya. Hanya ia yang melakukan hal itu, sementara teman-temannya sedang enak-enaknya beristirahat. Saya menyapanya sambil tersenyum, lalu ia membalasnya dengan senyuman pula. Duhai, betapa tulus senyum yang terlihat. Betapa bahagia raut wajahnya. Saya bisa menebak lagi mungkin ia sangat senang dengan hasil hari ini, cukup banyak barang-barang yang ia kumpulkan tadi, tetapi saya tidak berani untuk bertanya.
Saya tidak sanggup mengendalikan hati saya. Setelah bercakap-cakap sebentar dengannya, saya pun pamit. Di sepanjang perjalanan menuju lab, mata saya sangat panas, ada beberapa bulir air mata yang mendesak ingin keluar. Tapi saya tahan karena malu dengan orang sekitar. Teringat dengan kejadian yang saya lihat tadi. Kondisi bapak itu yang sangat bertolak belakang dengan saya. Sementara saya asyik makan siang dengan sepiring nasi lengkap dengan lauk-pauknya, minum dengan segelas teh manis dingin, dan setelah itu dengan mudah mengeluarkan uang untuk membayarnya, tetapi tidak dengan bapak itu. Ia membawa bekalan yang disiapkan istrinya, hanya dengan lauk seadanya. Lalu ia bukannya mengeluarkan uang, melainkan ia mengais tempat sampah untuk menghasilkan uang. Subhanallah...saya sangat terharu.
Satu hal lagi yang saya tangkap dari wajahnya, ia sangat bahagia. Ya. Ia sangat bahagia. Senyumnya benar-benar tulus dan lembut. Senyuman seorang ayah kepada anaknya. Wajahnya sangat tenang dan tidak terlihat sedikitpun beban yang menggantung di wajahnya. Ia sangat bahagia. Walau untuk mencari segenggam kebahagiaan itu ia harus mengais tempat sampah, harus tidur di atas kardus, dan harus bekerja keras membersihkan rumput sekitar kampus yang sangat luas, tetapi ia bahagia. Ia bahagia bisa pulang dengan membawa segenggam kebahagiaan pula untuk anak dan istrinya. Segenggam materi yang mungkin sangat berguna untuk menyambung hidup mereka, atau barangkali untuk sekolah anak-anaknya. Bahagia karena telah menjemput rezeki dari Allah dengan jalan yang halal, bahagia karena hari itu ia tidak merugikan orang lain, bahkan ia membantu membersihkan sampah-sampah itu.
Subhanallah...
Hari itu saya mendapat banyak pelajaran dari seorang bapak tua yang tak saya kenal. Sederhana memang, namun melalui kesederhanaan yang ditampilkannya, ia mampu mencari segenggam kebahagiaan bagi dirinya dan keluarganya dengan cara yang halal dan bermanfaat.
Tidak seperti orang-orang yang mencari kebahagiaan dengan cara merampas hak-hak orang lain bahkan merugikan banyak orang. Seperti para pejabat yang korupsi untuk memperoleh jabatan atau materi berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus juta tanpa memandang sebelah matapun orang-orang seperti bapak tua tadi. Atau seperti petugas birokrasi di manapun yang bila menyelesaikan urusan masyarakat harus ada uang pelicin. Lihatlah!, bapak itu adalah satu contoh dari orang-orang mulia, yang dengan fikiran sederhana dan cara sederhana mampu memberikan hikmah bagi orang-orang disekitarnya.
Mungkin suatu saat, orang-orang yang mengambil hak orang lain itu bisa sekali-kali turun jabatan untuk melakukan hal seperti yang dilakukan bapak tadi. Agar hati ini bisa mencair dari keserakahan, dari kesombongan, dan dari segala fikiran negatif yang mempengaruhi jiwa kita.
Mencari segenggam kebahagiaan sangatlah mudah bila kita memandangnya dengan pandangan yang mudah pula dan cara yang benar pula sesuai Al-Qur’an dan sunnah.
Atau mungkin kita termasuk ke dalam orang-orang yang merampas hak orang lain? Pasti tidak akan ada kebahagiaan sejati itu....
Created by : Hanan2jahid, saat hikmah itu mampu kumaknai dengan sederhana
Suatu malam, tepatnya pukul 09.30 WIB, handphone saya berbunyi. Saat layar pesan terbuka, ada sebait nasihat yang sangat indah dari seorang saudara seperjuangan saya di medan dakwah. Isinya seperti ini :
“Kekuatan seorang mukmin bukan terletak pada ucapannya, kuat fisiknya, geraknya. Tetapi pada KEIKHLASAN, KESABARAN, DAN KETEGUHAN HATINYA”
Subhanallah..untaian nasihat itu membuat saya mengharu biru. Terharu sekaligus sedih dan malu. Sebuah nasihat yang membuka kembali hati dan fikiran saya untuk memperbaharui niat, kesabaran, dan meneguhkan hati ini pada sebuah jalan yang sangat panjang, jalan yang dipenuhi duri, kerikil tajam dan dinding yang tinggi. Jalan yang sedikit pengikut dan pendukungnya. Jalan yang tak pernah menjanjikan materi apapun. Jalan yang hanya menjanjikan kemuliaan dan syurga Allah.
Saya hampir menangis saat membaca nasihat itu. Tak mampu berkata-kata. Nasihat itu benar-benar mengingatkan saya akan sebuah perjuangan. Setelah sekian lama saya melanjutkan perjuangan saudara-saudara sebelumnya, sampai saat ini belum memperoleh hasil yang begitu memuaskan. Terkadang membuat hati ini lemah, fisik lemah, dan niat yang hampir semu. Kesabaran yang hampir habis mencapai batasnya. Walau saya tahu kesabaran itu tidak mengenal kata batas.
Tetapi sungguh...
Nasihat itu membuat saya kembali teringat akan keikhlasan, kesabaran, dan keteguhan hati yang dahulu senantiasa menjadi sahabat karib saya. Ke mana mereka saat ini? Apakah mereka sudah pergi meninggalkan saya? Tidak...mereka tidak pergi, tetapi sayalah yang telah melalaikan mereka, sehingga segala yang saya lakukan terasa hampa, mudah lelah, dan mengedepankan emosi pribadi. Astaghfirullah....
Sungguh layak jika kata-kata keikhlasan, kesabaran, dan keteguhan hati ditulis dengan huruf kapital. Hal ini menunjukkan bahwa si pengirim ingin menekankan bahwa kekuatan sesungguhnya seorang mukmin adalah pada ketiga hal tersebut. Keikhlasan yang ada pada diri seseorang akan membuat dirinya senantiasa memandang segala hal dengan penuh hikmah, lapang dada, dan tanpa paksaan sedikitpun. Dengan cinta dan ikhlas ia berjuang walau fisiknya telah lemah, karena ia tahu bahwa Allah hanya mengharapkan keikhlasan dari amal setiap insan.
Sementara kesabaran menampilkan kemuliaan akhlak bagi seorang mukmin. Sabar bukan berarti berdiam diri, tetapi sabar adalah bagaimana ia mampu menjalani segala hal dengan proses yang terkadang panjang dan lama, atau dengan berbagai rintangan dan halangan yang menghadang jalannya, atau bahkan sebuah proses yang tanpa hasil seperti yang diinginkannya. Sabar dalam menjalani aktivitasnya, karena ia tahu bahwa buah kesabaran itu adalah hasil yang maksimal yang akan Allah berikan.
...........
Bagaimana dengan keteguhan hati?
Subhanallah....mendengar kata-katanya saja, saya kembali terharu. Keteguhan hati seorang mukmin hanya dapat dicapai saat keikhlasan dan kesabaran itu telah maksimal, mengapa? Karena teguh dalam jalan yang benar merupakan sebuah perjuangan keras yang harus senantiasa kita patrikan dalam hati kita dan kita amalkan dalam setiap lisan dan aktivitas kita. Keteguhan hati pada jalan ini adalah satu dari hal terindah yang ada padanya karena ia mampu menghantarkan seorang mukmin pada kemuliaan tertinggi, hidup mulia atau syahid di jalan Allah. Terlalu jauh? Tidak, karena kita memang mengharapkan hidup yang mulia bukan? Atau syahid menjemput jannah-Nya? Wallahu a’lam.
Sungguh...
Nasihat itu menjadikan saya kembali bertekad bahwa saya harus kembali pada niat semula, Allah, dan kembali pada kesabaran dan bersegera untuk kembali meneguhkan hati pada jalan yang menjanjikan kemuliaan ini. Walau hasil yang saya harapkan belum tercapai, namun Allah akan menolong hamba-Nya yang senantiasa menolong din-Nya. Berusahalah sampai titik darah dan nafas penghabisan, karena seorang mukmin itu hanya bisa beristirahat saat ia menginjakkan kakinya ke syurga.
Wallahua’lam
...........
Created by : hanan2jahid, jazzakumullah khoiron katsir saudaraku. Sungguh, Allah menyukai hamba-Nya yang saling mengingatkan dalam kebaikan dan kesabaran.
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit (24), pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhan-nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (25). Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun (26). Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh it udalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki (27).”
Kita mungkin sangat sering mendengar kisah tentang pohon kebaikan dan keburukan ini, tetapi saya ingin mengajak kembali para pembaca untuk sejenak melakukan rihlah (perjalanan) mengunjungi pohon kebaikan dan keburukan ini. Dalam perjalanan ini, saya ingin bersama-sama para pembaca sebagai para musafir untuk ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pohon kebaikan dan keburukan.
Kedua pohon itu berada di suatu hamparan padang rumput yang luas, yang di sekitarnya hidup berbagai jenis flora dan fauna. Saat kita keluar dari kendaraan kita, udara segar telah menyambut kedatangan para musafir yang haus akan hikmah kehidupan. Selanjutnya kita akan terpukau melihat suatu kondisi yang sangat bertolak belakang. Di hadapan kita terdapat dua pohon yang kondisinya sangat berbeda satu sama lain. Pohon pertama memiliki akar yang kuat dan menancap kuat ke dalam tanah, batang yang kokoh dan besar, cabang dan ranting yang banyak, daun yang sangat rimbun, dan buah yang sangat subur dan ranum, bahkan para musafir yang haus sangat ingin menikmati buah tersebut. Sementara pohon kedua yang berada tidak jauh di sebelahnya memiliki kondisi yang sangat memprihatinkan. Akarnya sudah sangat keropos, kecil-kecil, dan sebagian besar sudah berada di atas permukaan tanah, batangnya yang rapuh, cabang dan ranting banyak yang patah, daun yang sudah layu dan menguning, dan tidak berbuah lagi. Hidup segan, mati pun tak mau. Jangankan mendekat, melihatnya saja para musafir enggan.
Pada ayat di atas, Allah mengumpamakan kalimat yang baik dan buruk itu ibarat pohon yang baik dan buruk pula. Kalimat yang baik ini tentu saja kalimat tauhid dan segala perbuatan baik yang dilakukan manusia. Mengapa Allah menggambarkan kebaikan itu dengan pohon yang baik? Kebaikan itu muncul dari wujud keimanan seseorang, maka suatu kebaikan muncul dari pribadi-pribadi yang memiliki akidah yang baik dan kuat, ibarat akar pohon kebaikan yang menancap kuat ke dalam tanah. Selanjutnya memiliki pemahaman dan perwujudan akidah yang direalisasikan pada suatu amal perbuatan. Seperti pohon yang memiliki batang dan cabang yang kuat serta daun yang lebat, maka seorang mukmin juga hendaknya melakukan amal-amal yang banyak dan berkualitas sesuai dengan apa yang telah diatur Allah dan Rasul-Nya. Seorang mukmin tentu saja beramal tidak hanya untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk orang lain. Karena pohon yang baik tidak hanya menghasilkan buah untuk dirinya sendiri melainkan untuk kehidupan makhluk hidup lain yang senantiasa menikmati buah yang ia hasilkan, atau menghasilkan oksigen yang bermanfaat bagi pernafasan makhluk hidup di sekitarnya. Oleh karena itu, seorang mukmin yang mempunyai akidah yang baik sudah selayaknya menguatkan akidah orang lain pula, maka itulah mukmin yang bermanfaat. Apakah kita ingin masuk surga sendiri-sendiri? Tanpa saudara, teman dan orang-orang yang kita kenal? Pasti tidak. Betapa indah jika kita mampu menjadi pohon yang baik yang sangat menarik untuk dipandang dan sangat bermanfaat bagi sekitarnya.
Dan lihatlah pohon yang buruk itu! Sangat menyedihkan. Bahkan untuk berdiri tegak sekalipun sulit. Kalimat yang buruk atau keburukan itu diumpamakan Allah dengan pohon yang buruk yang hanya akan menjadi parasit lingkungannya. Keburukan hanya akan melahirkan keburukan pula. Seperti pohon yang buruk, maka akidah yang buruk seseorang tercermin dari sikap hidupnya sehari-hari, tidak punya iman yang kuat dan mudah terguncang. Selain memiliki akidah yang tidak kuat, mereka juga tidak menghasilkan apa-apa bagi sekitarnya. Bahkan sebagian ada yang menjadi beban bagi masyarakat, hanya menimbulkan masalah saja. Kalau sudah demikian, tidak heran banyak yang terjerumus ke dalam lubang kesesatan, kesyirikan, dan kemaksiatan. Maukah kita menjadi bagian dari mereka itu? Pasti tidak. Karena fitrah manusia itu adalah cenderung kepada kebaikan.
Alangkah indahnya jika setiap mukmin mau dan mampu memaksimalkan potensi pohon kebaikannya, dan kita semua berusaha untuk itu.
Saudara tahu tentang MLM (Multy Level Marketing) ? Kebaikan dan keburukan itu pun seperti itu pula. MLM kebaikan itu akan menghasilkan kebaikan pula yang turun-menurun, membentuk jaringan, dari satu kebaikan menjadi dua, dua menjadi empat dan seterusnya. Demikian pula sebaliknya, MLM keburukan pun akan seperti itu pula. Maka sebagai mukmin, mari kita berjuang untuk membentuk MLM pohon kebaikan yang buahnya dapat dinikmati tidak hanya oleh kita sendiri melainkan untuk siapa saja yang ada di sekitar kita.
Wallahua’lam.
NB : Untuk para musafir yang haus akan hikmah dan kebaikan, mudah-mudahan tulisan ane yang tak seberapa ini mampu membuka hati dan cakrawala berfikir kita untuk senantiasa berusaha dalam kebaikan.
Created by : Hanan2jahid, suatu petang di bulan perjuanganku.
Mampukah aku membentuk pohon kebaikanku? Mudah-mudahan, Insya Allah. Do’ain ya.......:D