Termenung diri ini semalam, Dalam sujudku di hadapanMu
Terkenang masa kecil dahulu, Berbalut cinta kasih dan sayang
Seakan dunia tiada berduka, Menemani hari hatiku ini
Namun semua kini telah berlalu, Kan terbungkus selalu dalam kenangku…..
Masa kecil adalah sebuah masa yang penuh dengan kenangan. Kenangan manis dan pahit. Penuh dengan proses pembelajaran. Saat saya mendengarkan lirik nasyid maidany ini kembali, saya menjadi teringat dengan masa kecil dahulu. Penuh dengan kejutan dari Allah swt. Bahkan hal yang paling pahit sekalipun menjadi indah saat mengingatnya kembali. Ternyata Allah memiliki skenario tersendiri pada setiap jiwa makhlukNya.
Indah suasana di waktu itu, Kala bersama dalam ukhuwah
Merajut cinta yang lama terpisah, Dalam sentuhan hati yang belum ternoda...
Anda mungkin masih ingat dengan saat-saat bersama dengan keluarga. Dengan adik-adik kita, dengan kakak, bahkan orang tua. Kala itu, hati ini belum ternoda. Jiwa seorang anak yang masih polos, yang hanya tahu bahwa ia masih memiliki orang yang senantiasa menjadi tempatnya bergantung. Di kala itu pula, masih kita rasakan manisnya persaudaraan dengan saudara-saudara senasab kita. Pertengkaran, canda dan tawa, semua begitu manis terasa saat kita mengingatnya kembali.
Ingin kurasakan manisnya iman, saat jiwa ini bersama denganmu
Ingin kurasakan indahnya ukhuwah, Saat diri ini bertemu denganmu...
Saudara sedarah memiliki hubungan persaudaraan yang begitu dekat dengan diri kita. Namun terkadang saudara sedarah pun bisa menjadi musuh bagi diri kita. Teringat akan kisah nabi Yusuf as, ketika ia berusaha disingkirkan oleh saudara kandungnya sendiri. Ternyata, ikatan darah tidak menjamin sebuah ikatan persaudaraan yang kuat. Betapa indahnya jika ikatan itu dibalut dengan ikatan iman, ikatan ukhuwah islamiyah.
Anda juga mungkin masih teringat akan hal-hal yang pernah terjadi dalam kehidupan masa kecil dahulu. Jika kita mengingatnya kembali, walau itu pahit, ia akan dapat memunculkan semangat kembali. Walau mereka yang kita cintai telah pergi mendahului kita, orang yang kita kasihi telah memenuhi janjinya pada Rabbnya, namun yakinlah bahwa semua itu adalah sebuah skenario terbaik yang Allah siapkan untuk diri kita. Bagi mereka yang sedang bermasalah dengan saudaranya, mari kita satukan kembali puing-puing yang telah berserakan itu. Manisnya persaudaraan karena Allah, apalagi dengan saudara sedarah kita, akan menghadirkan sebuah kekuatan cinta yang mampu meluluhkan keegoisan, meluluhkan seluruh keburukan yang ada padanya.
Jangan pernah lupakan masa kecil dulu.....
Jadikanlah kenangan di dalam hidupmu....
Kenangan itu akan selalu hadir dalam ingatan kita selagi kita masih memiliki nafas di dunia ini. Jangan pernah lupakan kenangan itu walau ia teramat pahit dan getir. Kelak suatu saat kita akan bercerita kepada anak cucu kita, bahwa kita punya perjalanan hidup yang begitu indah. Menjadikan kenangan sebagai sebuah proses belajar.
Merajut cinta bukanlah hal yang mudah, namun ia akan menjadi mudah saat kita mengikhlaskan segalanya untuk memulai dari awal. Mempersiapkan benang-benang cinta yang penuh warna, mempersiapkan jarum ukhuwah yang akan mengarahkan benang itu membentuk sebuah rajutan cinta yang kelak akan kita persembahkan untuk saudara dan orang-orang yang kita cintai.
Created by : hanan2jahid, dhuha di hari yang cerah, 050106. Diambil dari lirik nasyid maidany berjudul renungan sunyi.
NB : Untuk adikku tersayang, yang kini sedang berjihad dengan ilmunya di negeri orang. Tetaplah engkau menjadi permata di tengah-tengah lumpur yang kelam. Kelak kita akan bersama kembali dalam ikatan ukhuwah yang lebih indah. Kudo’akan semoga engkau menjadi ikhwan yang sholeh dan mushlih. Pelihara amanah-amanah yang ada padamu, pelihara pedang-pedang yang telah diberikan padamu, karena suatu saat pedang itu akan menemui panggilannya untuk menunaikan tugas kembali seperti engkau dahulu memelihara mereka. Keep on fighting my brother! (kaze, jangan kelamaan di depan kompi, ntar rancangan betonnya gak selesai-selesai, hehehe:D. Salam jihad untuk ikhwah di ITS yoo, remember my advice bro)
Terkenang masa kecil dahulu, Berbalut cinta kasih dan sayang
Seakan dunia tiada berduka, Menemani hari hatiku ini
Namun semua kini telah berlalu, Kan terbungkus selalu dalam kenangku…..
Masa kecil adalah sebuah masa yang penuh dengan kenangan. Kenangan manis dan pahit. Penuh dengan proses pembelajaran. Saat saya mendengarkan lirik nasyid maidany ini kembali, saya menjadi teringat dengan masa kecil dahulu. Penuh dengan kejutan dari Allah swt. Bahkan hal yang paling pahit sekalipun menjadi indah saat mengingatnya kembali. Ternyata Allah memiliki skenario tersendiri pada setiap jiwa makhlukNya.
Indah suasana di waktu itu, Kala bersama dalam ukhuwah
Merajut cinta yang lama terpisah, Dalam sentuhan hati yang belum ternoda...
Anda mungkin masih ingat dengan saat-saat bersama dengan keluarga. Dengan adik-adik kita, dengan kakak, bahkan orang tua. Kala itu, hati ini belum ternoda. Jiwa seorang anak yang masih polos, yang hanya tahu bahwa ia masih memiliki orang yang senantiasa menjadi tempatnya bergantung. Di kala itu pula, masih kita rasakan manisnya persaudaraan dengan saudara-saudara senasab kita. Pertengkaran, canda dan tawa, semua begitu manis terasa saat kita mengingatnya kembali.
Ingin kurasakan manisnya iman, saat jiwa ini bersama denganmu
Ingin kurasakan indahnya ukhuwah, Saat diri ini bertemu denganmu...
Saudara sedarah memiliki hubungan persaudaraan yang begitu dekat dengan diri kita. Namun terkadang saudara sedarah pun bisa menjadi musuh bagi diri kita. Teringat akan kisah nabi Yusuf as, ketika ia berusaha disingkirkan oleh saudara kandungnya sendiri. Ternyata, ikatan darah tidak menjamin sebuah ikatan persaudaraan yang kuat. Betapa indahnya jika ikatan itu dibalut dengan ikatan iman, ikatan ukhuwah islamiyah.
Anda juga mungkin masih teringat akan hal-hal yang pernah terjadi dalam kehidupan masa kecil dahulu. Jika kita mengingatnya kembali, walau itu pahit, ia akan dapat memunculkan semangat kembali. Walau mereka yang kita cintai telah pergi mendahului kita, orang yang kita kasihi telah memenuhi janjinya pada Rabbnya, namun yakinlah bahwa semua itu adalah sebuah skenario terbaik yang Allah siapkan untuk diri kita. Bagi mereka yang sedang bermasalah dengan saudaranya, mari kita satukan kembali puing-puing yang telah berserakan itu. Manisnya persaudaraan karena Allah, apalagi dengan saudara sedarah kita, akan menghadirkan sebuah kekuatan cinta yang mampu meluluhkan keegoisan, meluluhkan seluruh keburukan yang ada padanya.
Jangan pernah lupakan masa kecil dulu.....
Jadikanlah kenangan di dalam hidupmu....
Kenangan itu akan selalu hadir dalam ingatan kita selagi kita masih memiliki nafas di dunia ini. Jangan pernah lupakan kenangan itu walau ia teramat pahit dan getir. Kelak suatu saat kita akan bercerita kepada anak cucu kita, bahwa kita punya perjalanan hidup yang begitu indah. Menjadikan kenangan sebagai sebuah proses belajar.
Merajut cinta bukanlah hal yang mudah, namun ia akan menjadi mudah saat kita mengikhlaskan segalanya untuk memulai dari awal. Mempersiapkan benang-benang cinta yang penuh warna, mempersiapkan jarum ukhuwah yang akan mengarahkan benang itu membentuk sebuah rajutan cinta yang kelak akan kita persembahkan untuk saudara dan orang-orang yang kita cintai.
Created by : hanan2jahid, dhuha di hari yang cerah, 050106. Diambil dari lirik nasyid maidany berjudul renungan sunyi.
NB : Untuk adikku tersayang, yang kini sedang berjihad dengan ilmunya di negeri orang. Tetaplah engkau menjadi permata di tengah-tengah lumpur yang kelam. Kelak kita akan bersama kembali dalam ikatan ukhuwah yang lebih indah. Kudo’akan semoga engkau menjadi ikhwan yang sholeh dan mushlih. Pelihara amanah-amanah yang ada padamu, pelihara pedang-pedang yang telah diberikan padamu, karena suatu saat pedang itu akan menemui panggilannya untuk menunaikan tugas kembali seperti engkau dahulu memelihara mereka. Keep on fighting my brother! (kaze, jangan kelamaan di depan kompi, ntar rancangan betonnya gak selesai-selesai, hehehe:D. Salam jihad untuk ikhwah di ITS yoo, remember my advice bro)
Banyak manusia yang kesendirian. Menikmati suasana di keheningan malam.
Bermain dengan rintihan perasaan. Tanpa terasa, air mata telah menemaninya
Membawa nuansa hatinya menggapai maya
Ingin bertemu Tuhannya, berkasih mesra dengan cintaNya
Mengharapkan keridhoanNya dengan rasa takut.
Terbanglah…wahai manusia yang lelah
Di dalam keramaian yang selalu menyesakkan
Sendirimu bukanlah penjara hati, nikmatilah..namun jangan berlebihan
Setelah engkau menyadari, takut kepada Allah
Di dalam sendiri dan keramaianmu
(lirik : Maidany, ramai dalam kesendirian (refleksi menuju sholeh kolektif, bukan hanya sholeh individu). Album : senandung langit)
Judul dan lirik ini saya ambil dari album nasyid Maidany, sebuah tim nasyid dari kota Medan yang layak untuk direnungi. Lirik ini begitu penuh makna. Terkadang kita sering mengalami kesendirian walau di tengah keramaian sekalipun. Bermain dengan rintihan perasaan. Perasaan suka dan duka. Terkadang saat sendiri, air mata itu telah jatuh mengalir membentuk telaga bening. Di keheningan malam, terkadang kita rindu untuk bercerita. Bercerita apa saja tentang hidup kita. Kepada siapa? Kepada Dia yang selalu mendengar keluh kesah kita. Terkadang pula kita berharap untuk terbang menembus segalanya karena kelelahan yang sangat.
Kesendirian ada kalanya kita nikmati dengan proporsi yang sesuai. Ketika kita telah menyadari bahwa diri kita sedang lelah jiwa dan raga, kesendirian untuk berkasih mesra dengan cintaNya adalah pilihan yang begitu nikmat yang dapat kita rasakan. Melantunkan surat cintaNya dalam rakaat panjang kita, mengharap kasih sayangNya dalam sujud-sujud panjang kita. Hingga tak terasa, seakan-akan jiwa ini telah terbang menembus langit, bersua dengan penggenggam jiwa kita.
Sungguh, ramai dalam kesendirian mampu meluapkan emosi jiwa kita. Sendiri bukanlah sebuah penjara hati, namun kesendirian jangan terlalu berlebihan, karena ia hanya akan membawa kita pada angan-angan kosong yang dapat mencelakakan hati kita. Jika hati telah menemukan mata air kejernihannya kembali, maka kembalilah ke dunia nyata. Banyak hal yang telah menunggu kita di luar sana.
Sahabat, kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia.
Usahlah banyak termenung
Lihatlah masih banyak yang belum kita kerjakan.
Created by : Hanan2jahid, 010106, muslimah room
NB : Kesendirian memang perlu kita lakukan sesekali, namun jangan terlalu berlebihan karena banyak kewajiban yang telah menunggu kita. Kesholehan individu harus bermuara pada kesholehan kolektif yang membangun. Are you agree?
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (Al-‘Asr : 1-3)
Waktu adalah sebuah keniscayaan yang akan senantiasa berubah bagaimana dan dimana pun kondisinya. Pergantian hari, bulan dan tahun adalah karakter dari waktu yang selalu berubah dan tak dapat dielakkan oleh setiap makhluk di muka bumi ini. Allah telah menciptakan waktu dengan karakter tersendiri agar makhlukNya dapat berfikir bahwa segalanya tak ada yang kekal kecuali Allah swt.
Pergantian tahun baik masehi maupun hijriah adalah sebuah momentum yang tepat untuk muhasabah pribadi dan komunitas walaupun muhasabah selayaknya kita lakukan setiap hari dalam hidup kita. Dalam menyikapi pergantian tahun pun manusia memiliki bermacam cara, ada yang benar dan ada pula dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan al-qur’an dan hadist. Namun demikian, inti dari pergantian waktu adalah bagaimana kita menelaah kembali hal-hal yang sudah terjadi dan berlalu dalam hidup kita. Berbagai aktivitas yang kita lakukan dan cobaan yang senantiasa hadir dalam kehidupan kita pribadi dan bangsa ini menjadi suatu umpan balik untuk membuat perencanaan masa depan yang lebih baik.
Pergantian tahun tidak sekedar sebuah perayaan pesta dan budaya hedonis semata. Sekedar meniup terompet, kembang api maupun hal-hal lain yang kurang substansial. Namun sebagai seorang muslim, sebuah pergantian waktu selayaknya senantiasa kita iringi dengan peningkatan keimanan kita kepada Allah swt bahwa manusia dan setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepadaNya. Dan kembali kita perbaiki apa yang akan menjadi masa depan kita.
Saudaraku...
Sudah seberapa besarkah manfaat dan kebaikan yang telah kita lakukan untuk orang lain? Sudahkah target-target pribadi dan komunitas kita terpenuhi? Sudahkah bangsa ini menata kehidupannya demi kesejahteraan umat? Perubahan apa yang telah kita lakukan hingga tak ada lagi orang-orang yang terzdholimi? Seberapa banyak keburukan yang kita perbuat kepada orang lain? Sungguh banyak pertanyaan yang muncul di benak kita. Akankah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kerja-kerja nyata?
Saudaraku...
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Maka sebagai muslim, selayaknya kita kembali bertafakur, merenungi segala hal yang telah berlalu dan mempersiapkan rencana baru yang lebih baik. Belajar dari kesalahan adalah sebuah hal yang sangat bermanfaat. Jangan sampai kita terjatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Created by : hanan2jahid. 010106. Muslimah room.
NB : Yuk, kita susun planning baru untuk tahun yang baru, dan planning baru pula untuk tahun hijriah yang sebentar lagi akan segera mengunjungi kita. Planning yang lebih baik dan evaluasi dari planning yang telah berlalu. Wallahua’lam.
Waktu adalah sebuah keniscayaan yang akan senantiasa berubah bagaimana dan dimana pun kondisinya. Pergantian hari, bulan dan tahun adalah karakter dari waktu yang selalu berubah dan tak dapat dielakkan oleh setiap makhluk di muka bumi ini. Allah telah menciptakan waktu dengan karakter tersendiri agar makhlukNya dapat berfikir bahwa segalanya tak ada yang kekal kecuali Allah swt.
Pergantian tahun baik masehi maupun hijriah adalah sebuah momentum yang tepat untuk muhasabah pribadi dan komunitas walaupun muhasabah selayaknya kita lakukan setiap hari dalam hidup kita. Dalam menyikapi pergantian tahun pun manusia memiliki bermacam cara, ada yang benar dan ada pula dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan al-qur’an dan hadist. Namun demikian, inti dari pergantian waktu adalah bagaimana kita menelaah kembali hal-hal yang sudah terjadi dan berlalu dalam hidup kita. Berbagai aktivitas yang kita lakukan dan cobaan yang senantiasa hadir dalam kehidupan kita pribadi dan bangsa ini menjadi suatu umpan balik untuk membuat perencanaan masa depan yang lebih baik.
Pergantian tahun tidak sekedar sebuah perayaan pesta dan budaya hedonis semata. Sekedar meniup terompet, kembang api maupun hal-hal lain yang kurang substansial. Namun sebagai seorang muslim, sebuah pergantian waktu selayaknya senantiasa kita iringi dengan peningkatan keimanan kita kepada Allah swt bahwa manusia dan setiap yang bernyawa pasti akan kembali kepadaNya. Dan kembali kita perbaiki apa yang akan menjadi masa depan kita.
Saudaraku...
Sudah seberapa besarkah manfaat dan kebaikan yang telah kita lakukan untuk orang lain? Sudahkah target-target pribadi dan komunitas kita terpenuhi? Sudahkah bangsa ini menata kehidupannya demi kesejahteraan umat? Perubahan apa yang telah kita lakukan hingga tak ada lagi orang-orang yang terzdholimi? Seberapa banyak keburukan yang kita perbuat kepada orang lain? Sungguh banyak pertanyaan yang muncul di benak kita. Akankah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan kerja-kerja nyata?
Saudaraku...
Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu tak berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri. Maka sebagai muslim, selayaknya kita kembali bertafakur, merenungi segala hal yang telah berlalu dan mempersiapkan rencana baru yang lebih baik. Belajar dari kesalahan adalah sebuah hal yang sangat bermanfaat. Jangan sampai kita terjatuh pada lubang yang sama untuk kedua kalinya.
Created by : hanan2jahid. 010106. Muslimah room.
NB : Yuk, kita susun planning baru untuk tahun yang baru, dan planning baru pula untuk tahun hijriah yang sebentar lagi akan segera mengunjungi kita. Planning yang lebih baik dan evaluasi dari planning yang telah berlalu. Wallahua’lam.
Kehidupan bagaikan roda, Beribu zaman terus berputar
Namun satu tak akan pudar, Cahya Allah tetap membahana
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Walau raga meregang nyawa, Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria, Takkan surut satu langkah jua
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Debu-debu dab darah suci, saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra, Untuk Allah di atas segalanya
Lirik nasyid Izzatul Islam itu mengalir di benak saya. Teringat saat-saat perjuangan dahulu. Bersama seorang sahabat yang senantiasa menjadi pendamping di kala suka dan duka. Saya masih ingat, lirik ini menjadi lirik yang paling kami minati. Di setiap agenda dakwah, aksi-aksi, mabit, dauroh, dan sebagainya. Selalu hadir nasyid yang menggelorakan semangat di dada kami. Masya Allah...
Kata-katanya waktu itu, saat pertemuan di sebuah konser amal, sangat mengejutkan saya. Ia telah memutuskan untuk tak seiring sejalan lagi dengan saya, walau kami tetap di bawah satu panji yaitu islam. Metode kami sudah berbeda, cara berfikir kami pun sudah berbeda, walau begitu ia tetaplah saudara saya, sahabat terbaik yang pernah saya miliki.
Masih teringat jelas kata-katanya waktu itu, “Ana ingin pindah ukh”. Deg. Saya terkejut dan sudah dapat menebak arah pembicaraannya, dan saya juga faham bagaimana kondisinya luar dalam hingga ia berani mengambil sikap seperti itu. Lalu saya katakan padanya, “Kita sudah sama-sama dewasa. Anti tahu jalan mana yang harus dipilih. Tak mungkin ana paksakan apa yang seharusnya anti pilih. Tak perlu juga ana memaksa anti untuk tetap pada jalan ini, karena itu semua adalah hak anti. Walau jujur ana katakan, ana sebagai seorang saudara belum ikhlas dengan keputusan anti, tapi bagaimanapun juga keputusan ada di tangan anti. Satu yang harus anti fahami bahwa di manapun anti berada, tetaplah menjadi orang yang memberikan manfaat kepada orang lain, tetaplah berdakwah di manapun anti dan bagaimanapun anti adanya”
Hari ini saya bertemu dengannya, masih sama seperti yang dulu. Tidak berubah. Masih tetap “ramai”. Hatiku terusik juga untuk tertawa, senyumnya masih sama seperti yang dulu. Saya bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Namun tak sanggup pula mata ini untuk menahan kristal bening yang ingin keluar. Masih teringat jelas sekali saat-saat kami beraktivitas dahulu, ia yang sangat militan, ia yang sangat berani, canda tawanya, kegelisahannya, semua hal tentangnya dahulu, masih teringat jelas. Masa-masa itu tak mungkin akan kembali. Ia telah memutuskan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan terakhir. Dan saya tahu, bahwa hal itu membuatnya jauh lebih tenang. Subhanallah...
Saudaraku...
Tulisan ini kupersembahkan untukmu. Untuk manisnya persaudaraan, indahnya persahabatan, hangatnya diskusi-diskusi yang kita lakukan, peluh dan air mata yang mengalir bersama perjuangan kita. Walau ku tahu, engkau tak akan berjalan bersamaku lagi, walau ku tahu engkau pun masih menyimpan kenangan itu.
Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang, penuh onak dan duri, penuh batu-batu terjal yang senantiasa menghalangi para pejalannya untuk sampai di tujuan. Jalan ini adalah jalan orang-orang yang sedikit jumlahnya. Jalan mereka yang siap berkorban segalanya demi sebuah janji yang pasti Allah berikan. Jalan orang-orang yang sabar dan istiqomah.
Saudaraku...
Penuhilah kantong-kantong ilmu kita, penuhilah kantong-kantong amal kita. Penuhilah rongga dadamu dengan semangat yang membara, keikhlasan yang murni, dan keteguhan untuk berada pada jalan dakwah ini. Apapun kita dan bagaimana pun kita, kita adalah da’i sebelum segala sesuatu. Dan kita adalah ruh pada tubuh umat ini.
Saat jiwamu terbakar dengan rasa amarah dan kecewa, arahkan ia selalu pada Allah, Rabb pembolak-balik hati. Saat engkau bersedih, kembalikan kepadaNya. Saat engkau bahagia, kembalikan padaNya.
Saudaraku...
Tulisan ini adalah hasil simponi jiwaku. Jauh di relung hatiku terdalam, ada kerinduan akan segala aktivitas kita dahulu. Walau semuanya akan tetap berjalan dengan atau tanpamu. Sungguh, aku mencintaimu karena Allah ukh. Dan desah nafas ini akan semakin memburu saat berjuang di jalan Allah, dan semakin mendesah saat menyebut namaNya. Semoga Allah mengabadikan nafas kita di Jannah-Nya. Amin.
Created by : hanan2jahid, petang yang kelabu. Saat tetesan hujan membasahi bumi, sebagaimana hatiku yang sedang basah karena telaga itu.
NB : Untuk para pejuang kebenaran, siapapun dan di manapun antum dan antuna berada, fastabiqul khoirot. Jalan ini masih panjang saudaraku, jangan engkau jatuh sebelum mencapai puncaknya. Di atas sana, engkau akan melihat sebuah keindahan, cahaya Allah akan masuk ke relung kalbu insan-insan yang beriman.
Namun satu tak akan pudar, Cahya Allah tetap membahana
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Walau raga meregang nyawa, Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria, Takkan surut satu langkah jua
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Debu-debu dab darah suci, saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra, Untuk Allah di atas segalanya
Lirik nasyid Izzatul Islam itu mengalir di benak saya. Teringat saat-saat perjuangan dahulu. Bersama seorang sahabat yang senantiasa menjadi pendamping di kala suka dan duka. Saya masih ingat, lirik ini menjadi lirik yang paling kami minati. Di setiap agenda dakwah, aksi-aksi, mabit, dauroh, dan sebagainya. Selalu hadir nasyid yang menggelorakan semangat di dada kami. Masya Allah...
Kata-katanya waktu itu, saat pertemuan di sebuah konser amal, sangat mengejutkan saya. Ia telah memutuskan untuk tak seiring sejalan lagi dengan saya, walau kami tetap di bawah satu panji yaitu islam. Metode kami sudah berbeda, cara berfikir kami pun sudah berbeda, walau begitu ia tetaplah saudara saya, sahabat terbaik yang pernah saya miliki.
Masih teringat jelas kata-katanya waktu itu, “Ana ingin pindah ukh”. Deg. Saya terkejut dan sudah dapat menebak arah pembicaraannya, dan saya juga faham bagaimana kondisinya luar dalam hingga ia berani mengambil sikap seperti itu. Lalu saya katakan padanya, “Kita sudah sama-sama dewasa. Anti tahu jalan mana yang harus dipilih. Tak mungkin ana paksakan apa yang seharusnya anti pilih. Tak perlu juga ana memaksa anti untuk tetap pada jalan ini, karena itu semua adalah hak anti. Walau jujur ana katakan, ana sebagai seorang saudara belum ikhlas dengan keputusan anti, tapi bagaimanapun juga keputusan ada di tangan anti. Satu yang harus anti fahami bahwa di manapun anti berada, tetaplah menjadi orang yang memberikan manfaat kepada orang lain, tetaplah berdakwah di manapun anti dan bagaimanapun anti adanya”
Hari ini saya bertemu dengannya, masih sama seperti yang dulu. Tidak berubah. Masih tetap “ramai”. Hatiku terusik juga untuk tertawa, senyumnya masih sama seperti yang dulu. Saya bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Namun tak sanggup pula mata ini untuk menahan kristal bening yang ingin keluar. Masih teringat jelas sekali saat-saat kami beraktivitas dahulu, ia yang sangat militan, ia yang sangat berani, canda tawanya, kegelisahannya, semua hal tentangnya dahulu, masih teringat jelas. Masa-masa itu tak mungkin akan kembali. Ia telah memutuskan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan terakhir. Dan saya tahu, bahwa hal itu membuatnya jauh lebih tenang. Subhanallah...
Saudaraku...
Tulisan ini kupersembahkan untukmu. Untuk manisnya persaudaraan, indahnya persahabatan, hangatnya diskusi-diskusi yang kita lakukan, peluh dan air mata yang mengalir bersama perjuangan kita. Walau ku tahu, engkau tak akan berjalan bersamaku lagi, walau ku tahu engkau pun masih menyimpan kenangan itu.
Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang, penuh onak dan duri, penuh batu-batu terjal yang senantiasa menghalangi para pejalannya untuk sampai di tujuan. Jalan ini adalah jalan orang-orang yang sedikit jumlahnya. Jalan mereka yang siap berkorban segalanya demi sebuah janji yang pasti Allah berikan. Jalan orang-orang yang sabar dan istiqomah.
Saudaraku...
Penuhilah kantong-kantong ilmu kita, penuhilah kantong-kantong amal kita. Penuhilah rongga dadamu dengan semangat yang membara, keikhlasan yang murni, dan keteguhan untuk berada pada jalan dakwah ini. Apapun kita dan bagaimana pun kita, kita adalah da’i sebelum segala sesuatu. Dan kita adalah ruh pada tubuh umat ini.
Saat jiwamu terbakar dengan rasa amarah dan kecewa, arahkan ia selalu pada Allah, Rabb pembolak-balik hati. Saat engkau bersedih, kembalikan kepadaNya. Saat engkau bahagia, kembalikan padaNya.
Saudaraku...
Tulisan ini adalah hasil simponi jiwaku. Jauh di relung hatiku terdalam, ada kerinduan akan segala aktivitas kita dahulu. Walau semuanya akan tetap berjalan dengan atau tanpamu. Sungguh, aku mencintaimu karena Allah ukh. Dan desah nafas ini akan semakin memburu saat berjuang di jalan Allah, dan semakin mendesah saat menyebut namaNya. Semoga Allah mengabadikan nafas kita di Jannah-Nya. Amin.
Created by : hanan2jahid, petang yang kelabu. Saat tetesan hujan membasahi bumi, sebagaimana hatiku yang sedang basah karena telaga itu.
NB : Untuk para pejuang kebenaran, siapapun dan di manapun antum dan antuna berada, fastabiqul khoirot. Jalan ini masih panjang saudaraku, jangan engkau jatuh sebelum mencapai puncaknya. Di atas sana, engkau akan melihat sebuah keindahan, cahaya Allah akan masuk ke relung kalbu insan-insan yang beriman.
Busby SEO Test 1
Busby SEO Test 2
Busby SEO Test 3
Busby SEO Test 4
Busby SEO Test 5
Busby SEO Test 6
Busby SEO Test 7
Busby SEO Test 8
Busby SEO Test 9
Busby SEO Test 10
Busby SEO Test 11
Busby SEO Test 12
Busby SEO Test 13
Busby SEO Test 14
Busby SEO Test 15
Busby SEO Test 16
Busby SEO Test 17
Busby SEO Test 18
Busby SEO Test 19
Busby SEO Test 20
Busby SEO Test 21
Busby SEO Test 22
Busby SEO Test 23
Busby SEO Test 24
Busby SEO Test 25
Busby SEO Test 26
Busby SEO Test 27
Busby SEO Test 28
Busby SEO Test 29
Busby SEO Test 30
Busby SEO Test 31
Busby SEO Test 32
Busby SEO Test 33
Busby SEO Test 34
Busby SEO Test 35
Busby SEO Test 36
Busby SEO Test 37
Busby SEO Test 38
Busby SEO Test 39
Busby SEO Test 40
Busby SEO Test 41
Busby SEO Test 42
Busby SEO Test 43
Busby SEO Test 44
Busby SEO Test 45
Busby SEO Test 46
Busby SEO Test 47
Busby SEO Test 48
Busby SEO Test 49
Busby SEO Test 50
Busby SEO Test 51
Busby SEO Test 52
Busby SEO Test 53
Busby SEO Test 54
Busby SEO Test 55
Busby SEO Test 56
Busby SEO Test 58
Busby SEO Test 59
Busby SEO Test 60
Busby SEO Test 61
Busby SEO Test 62
Busby SEO Test 63
Busby SEO Test 64
Busby SEO Test 65
Busby SEO Test 66
Busby SEO Test 67
Busby SEO Test 68
Busby SEO Test 69
Busby SEO Test 70
Busby SEO Test 71
Busby SEO Test 72
Busby SEO Test 73
Busby SEO Test 74
Busby SEO Test 75
Busby SEO Test 76
Busby SEO Test 77
Busby SEO Test 78
Busby SEO Test 79
Busby SEO Test 80
Busby SEO Test 81
Busby SEO Test 82
Busby SEO Test 83
Busby SEO Test 84
Busby SEO Test 85
Busby SEO Test 86
Busby SEO Test 87
Busby SEO Test 88
Busby SEO Test 89
Busby SEO Test 90
Busby SEO Test 91
Busby SEO Test 92
Busby SEO Test 93
Busby SEO Test 94
Busby SEO Test 95
Busby SEO Test 96
Busby SEO Test 97
Busby SEO Test 98
Busby SEO Test 99
Busby SEO Test 100
Busby SEO Test 101
Busby SEO Test 102
Busby SEO Test 103
Busby SEO Test 104
Busby SEO Test 105
Busby SEO Test 106
Busby SEO Test 107
Busby SEO Test 108
Busby SEO Test 109
Busby SEO Test 110
Busby SEO Test 111
Busby SEO Test 112
Busby SEO Test 113
Busby SEO Test 114
Busby SEO Test 115
Busby SEO Test 116
Busby SEO Test 117
Busby SEO Test 118
Busby SEO Test 119
Busby SEO Test 120
Busby SEO Test121
Busby SEO Test 122
Busby SEO Test 123
Busby SEO Test 124
Busby SEO Test 125
Busby SEO Test 126
Busby SEO Test 127
Busby SEO Test 128
Busby SEO Test 129
Busby SEO Test 130
Busby SEO Test 2
Busby SEO Test 3
Busby SEO Test 4
Busby SEO Test 5
Busby SEO Test 6
Busby SEO Test 7
Busby SEO Test 8
Busby SEO Test 9
Busby SEO Test 10
Busby SEO Test 11
Busby SEO Test 12
Busby SEO Test 13
Busby SEO Test 14
Busby SEO Test 15
Busby SEO Test 16
Busby SEO Test 17
Busby SEO Test 18
Busby SEO Test 19
Busby SEO Test 20
Busby SEO Test 21
Busby SEO Test 22
Busby SEO Test 23
Busby SEO Test 24
Busby SEO Test 25
Busby SEO Test 26
Busby SEO Test 27
Busby SEO Test 28
Busby SEO Test 29
Busby SEO Test 30
Busby SEO Test 31
Busby SEO Test 32
Busby SEO Test 33
Busby SEO Test 34
Busby SEO Test 35
Busby SEO Test 36
Busby SEO Test 37
Busby SEO Test 38
Busby SEO Test 39
Busby SEO Test 40
Busby SEO Test 41
Busby SEO Test 42
Busby SEO Test 43
Busby SEO Test 44
Busby SEO Test 45
Busby SEO Test 46
Busby SEO Test 47
Busby SEO Test 48
Busby SEO Test 49
Busby SEO Test 50
Busby SEO Test 51
Busby SEO Test 52
Busby SEO Test 53
Busby SEO Test 54
Busby SEO Test 55
Busby SEO Test 56
Busby SEO Test 58
Busby SEO Test 59
Busby SEO Test 60
Busby SEO Test 61
Busby SEO Test 62
Busby SEO Test 63
Busby SEO Test 64
Busby SEO Test 65
Busby SEO Test 66
Busby SEO Test 67
Busby SEO Test 68
Busby SEO Test 69
Busby SEO Test 70
Busby SEO Test 71
Busby SEO Test 72
Busby SEO Test 73
Busby SEO Test 74
Busby SEO Test 75
Busby SEO Test 76
Busby SEO Test 77
Busby SEO Test 78
Busby SEO Test 79
Busby SEO Test 80
Busby SEO Test 81
Busby SEO Test 82
Busby SEO Test 83
Busby SEO Test 84
Busby SEO Test 85
Busby SEO Test 86
Busby SEO Test 87
Busby SEO Test 88
Busby SEO Test 89
Busby SEO Test 90
Busby SEO Test 91
Busby SEO Test 92
Busby SEO Test 93
Busby SEO Test 94
Busby SEO Test 95
Busby SEO Test 96
Busby SEO Test 97
Busby SEO Test 98
Busby SEO Test 99
Busby SEO Test 100
Busby SEO Test 101
Busby SEO Test 102
Busby SEO Test 103
Busby SEO Test 104
Busby SEO Test 105
Busby SEO Test 106
Busby SEO Test 107
Busby SEO Test 108
Busby SEO Test 109
Busby SEO Test 110
Busby SEO Test 111
Busby SEO Test 112
Busby SEO Test 113
Busby SEO Test 114
Busby SEO Test 115
Busby SEO Test 116
Busby SEO Test 117
Busby SEO Test 118
Busby SEO Test 119
Busby SEO Test 120
Busby SEO Test121
Busby SEO Test 122
Busby SEO Test 123
Busby SEO Test 124
Busby SEO Test 125
Busby SEO Test 126
Busby SEO Test 127
Busby SEO Test 128
Busby SEO Test 129
Busby SEO Test 130
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(QS. An-Nur : 35)
Banyak yang bertanya kepada saya, kenapa judul blog ini cahaya di atas cahaya? Sebenarnya sejak 6 tahun yang lalu, saya sangat terkesan dengan ayat 35 dari surat an-nur ini. Ketika bertemu dengan kata “cahaya di atas cahaya”, ada perasaan yang berbeda muncul di hati saya. Sebuah perasaan yang seakan-akan itu sangat indah dan mempesona. Bisa dibayangkan jika kita melihat sebuah cahaya? Terang dan indah. Lalu bagaimana jika cahaya itu berlapis-lapis, cahaya di atas cahaya. Saya tidak tahu bagaimana itu cahaya yang berlapis-lapis, mungkin akan sangat terang dan memukau. Itulah yang saya pahami waktu itu. Sejalan dengan usia yang bertambah dan pola fikir yang juga tentunya jauh berbeda dari 6 tahun yang lalu, kini saya kembali mengukir kata-kata itu pada blog yang saya miliki, masih dengan perasaan yang sama namun dalam konteks yang berbeda.
Allah menyebut diriNya sebagai an-Nur sebagaimana Allah menyebut Al-Qur’an dengan sebutan nur sebagaimana firman Allah : “...dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang-benderang (Al-Quran)” (QS. An-Nisa : 174)
Penggabungan kata nur dengan langit dan bumi menunjukkan betapa luasnya jangkauan cahaya Allah, sehingga seluruh langit dan bumi menjadi terang. Al-Qur’an juga membuat perumpamaan terhadap nur Ilahi itu dengan membuat perumpamaan terdekat yang dapat ditangkap alat indera pada umumnya. Perumpamaan ini adalah perumpamaan hidayah Allah kepada kaum mu’minin. Ibnu Asyur melukiskan perumpamaan itu seperti yang dinukilkan oleh Abdul Halim Mahmud : “Al-misykat adalah perumpamaan hidayah dan petunjuk Allah yang meyakinkan, yang dilengkapi dengan bukti-bukti kuat tanpa ada peluang ragu-ragu maupun mundur. Cahaya yang terlindungi dari pemadaman adalah perumpamaan Al-quran yang terjaga dari segala penyimpangan.
Hidayah islam adalah bagaikan cahaya penerang, yang menjelaskan segala sesuatu dengan benar.
Kemurnian ajaran islam dari kerancuan dan keraguan adalah bagaikan terangnya kaca dalam memancarkan cahaya.
Wahyu Allah yang disampaikan baik berupa Al-Qur’an maupun As-Sunnah adalah bagaikan pohon yang banyak berkahnya, yang memberikan buahnya sepanjang waktu. Bayangannya menjadi teduhan bagi siapapun yang berlalu.
Toleransi dan sikap moderat islam dilukiskan dengan keberadaan pohon yang ada di pertengahan ufuq, tidak timur dan tidak barat. Islam adalah moderat antara sikap tegas yang menyulitkan dan sikap lunak yang melenakan.
Keabadian islam diibaratkan dengan keabadian nyala api lampu.
Pengajaran Al-Qur’an dan penjelasan agama yang Rasulullah saw lakukan terhadap umatnya dilukiskan sebagai minyak yang bersih yang dapat terlihat jelas oleh setiap orang yang berakal, mudah dicerna, dan hampir-hampir dapat dipahami tanpa diajari.
Minyak yang diperoleh dari pohon zaitun melambangkan perlunya ijtihad para ulama dalam menggali hukum agama sesuai dengan berlalunya waktu.
Dalam ayat ini ada 3 hal penting yang dapat diambil :
1. Bahwa Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Allah kehendaki. Hal ini karena pertama-tama hidayah itu atas kehendak Allah sebelum keinginan akal. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan cahaya itu ketika menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, lihat QS. Al-Hadid : 28.
2. Allah membuat perumpamaan bagi manusia agar mudah dipahami dan menjadi peringatan bagi mereka lalu menjadi orang yang benar
3. Allah mengetahui siapa orang-orang yang benar karena mendapat hidayah dan siapa saja yang tetap dalam kesalahan
Subhanallah, ternyata Allah memberikan perumpamaan terhadap islam dan hidayah dengan sebuah perumpamaan sederhana namun indah dan sarat akan makna. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis. Menurut anda perumpamaan itu indah bukan?
Maraji' :
"Dirasat Tarbiyah Surat An-Nur", penulis : Muhith Muhammad Ishaq, M.Ag. Sebuah buku yang diangkat dari thesis beliau tentang surat An-Nur
Created by : Hanan2jahid, 171205. Cahaya itu memang indah :)
NB : Ada yang bertanya kepada saya, “apa antum sudah pernah melihat cahaya di atas cahaya?”. Sekarang saya akan menjawabnya, “belum” jika penglihatan itu dalam konteks real secara visual. Dan saya akan menjawabnya “sudah” jika cahaya di atas cahaya diartikan sebagai hidayah Allah yang berlapis-lapis. Dan hal itu akan tetap saya pertahankan sampai kapanpun, tak akan saya lepas apa pun yang akan terjadi, karena hidayah itu teramat mahal untuk dilepas. Teramat mahal dan teramat indah untuk dilepaskan begitu saja. Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada orang-orang yang berusaha untuk meraihnya. Dan meneguhkan jalan orang-orang yang telah mendapatkan hidayah hingga ia kembali memenuhi janjinya kepada Rabb, penggenggam seluruh jiwa, dalam keadaan islam dan teguh mempertahankan hidayahNya. Amin. Bukan begitu saudaraku? :)
(QS. An-Nur : 35)
Banyak yang bertanya kepada saya, kenapa judul blog ini cahaya di atas cahaya? Sebenarnya sejak 6 tahun yang lalu, saya sangat terkesan dengan ayat 35 dari surat an-nur ini. Ketika bertemu dengan kata “cahaya di atas cahaya”, ada perasaan yang berbeda muncul di hati saya. Sebuah perasaan yang seakan-akan itu sangat indah dan mempesona. Bisa dibayangkan jika kita melihat sebuah cahaya? Terang dan indah. Lalu bagaimana jika cahaya itu berlapis-lapis, cahaya di atas cahaya. Saya tidak tahu bagaimana itu cahaya yang berlapis-lapis, mungkin akan sangat terang dan memukau. Itulah yang saya pahami waktu itu. Sejalan dengan usia yang bertambah dan pola fikir yang juga tentunya jauh berbeda dari 6 tahun yang lalu, kini saya kembali mengukir kata-kata itu pada blog yang saya miliki, masih dengan perasaan yang sama namun dalam konteks yang berbeda.
Allah menyebut diriNya sebagai an-Nur sebagaimana Allah menyebut Al-Qur’an dengan sebutan nur sebagaimana firman Allah : “...dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang-benderang (Al-Quran)” (QS. An-Nisa : 174)
Penggabungan kata nur dengan langit dan bumi menunjukkan betapa luasnya jangkauan cahaya Allah, sehingga seluruh langit dan bumi menjadi terang. Al-Qur’an juga membuat perumpamaan terhadap nur Ilahi itu dengan membuat perumpamaan terdekat yang dapat ditangkap alat indera pada umumnya. Perumpamaan ini adalah perumpamaan hidayah Allah kepada kaum mu’minin. Ibnu Asyur melukiskan perumpamaan itu seperti yang dinukilkan oleh Abdul Halim Mahmud : “Al-misykat adalah perumpamaan hidayah dan petunjuk Allah yang meyakinkan, yang dilengkapi dengan bukti-bukti kuat tanpa ada peluang ragu-ragu maupun mundur. Cahaya yang terlindungi dari pemadaman adalah perumpamaan Al-quran yang terjaga dari segala penyimpangan.
Hidayah islam adalah bagaikan cahaya penerang, yang menjelaskan segala sesuatu dengan benar.
Kemurnian ajaran islam dari kerancuan dan keraguan adalah bagaikan terangnya kaca dalam memancarkan cahaya.
Wahyu Allah yang disampaikan baik berupa Al-Qur’an maupun As-Sunnah adalah bagaikan pohon yang banyak berkahnya, yang memberikan buahnya sepanjang waktu. Bayangannya menjadi teduhan bagi siapapun yang berlalu.
Toleransi dan sikap moderat islam dilukiskan dengan keberadaan pohon yang ada di pertengahan ufuq, tidak timur dan tidak barat. Islam adalah moderat antara sikap tegas yang menyulitkan dan sikap lunak yang melenakan.
Keabadian islam diibaratkan dengan keabadian nyala api lampu.
Pengajaran Al-Qur’an dan penjelasan agama yang Rasulullah saw lakukan terhadap umatnya dilukiskan sebagai minyak yang bersih yang dapat terlihat jelas oleh setiap orang yang berakal, mudah dicerna, dan hampir-hampir dapat dipahami tanpa diajari.
Minyak yang diperoleh dari pohon zaitun melambangkan perlunya ijtihad para ulama dalam menggali hukum agama sesuai dengan berlalunya waktu.
Dalam ayat ini ada 3 hal penting yang dapat diambil :
1. Bahwa Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Allah kehendaki. Hal ini karena pertama-tama hidayah itu atas kehendak Allah sebelum keinginan akal. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan cahaya itu ketika menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, lihat QS. Al-Hadid : 28.
2. Allah membuat perumpamaan bagi manusia agar mudah dipahami dan menjadi peringatan bagi mereka lalu menjadi orang yang benar
3. Allah mengetahui siapa orang-orang yang benar karena mendapat hidayah dan siapa saja yang tetap dalam kesalahan
Subhanallah, ternyata Allah memberikan perumpamaan terhadap islam dan hidayah dengan sebuah perumpamaan sederhana namun indah dan sarat akan makna. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis. Menurut anda perumpamaan itu indah bukan?
Maraji' :
"Dirasat Tarbiyah Surat An-Nur", penulis : Muhith Muhammad Ishaq, M.Ag. Sebuah buku yang diangkat dari thesis beliau tentang surat An-Nur
Created by : Hanan2jahid, 171205. Cahaya itu memang indah :)
NB : Ada yang bertanya kepada saya, “apa antum sudah pernah melihat cahaya di atas cahaya?”. Sekarang saya akan menjawabnya, “belum” jika penglihatan itu dalam konteks real secara visual. Dan saya akan menjawabnya “sudah” jika cahaya di atas cahaya diartikan sebagai hidayah Allah yang berlapis-lapis. Dan hal itu akan tetap saya pertahankan sampai kapanpun, tak akan saya lepas apa pun yang akan terjadi, karena hidayah itu teramat mahal untuk dilepas. Teramat mahal dan teramat indah untuk dilepaskan begitu saja. Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada orang-orang yang berusaha untuk meraihnya. Dan meneguhkan jalan orang-orang yang telah mendapatkan hidayah hingga ia kembali memenuhi janjinya kepada Rabb, penggenggam seluruh jiwa, dalam keadaan islam dan teguh mempertahankan hidayahNya. Amin. Bukan begitu saudaraku? :)
Tak terasa, 6 tahun waktu telah berlalu saat pertama kali kami bertemu. Dalam sebuah suasana yang begitu menyenangkan, indah, sarat akan ukhuwah. Di mushola itu kami bertemu. Mushola kecil yang penuh dengan kenangan. Saat itu, kami masih belum mengerti apa-apa akan hakikat jalan dakwah. Mendengar suara kakak alumni yang begitu merdu bernasyid, seorang kakak yang memberikan ceramahnya, pengurus yang sibuk dengan makanan dan minuman ringan. Subhanallah, saat itu saya terpana melihat semua adegan itu. Ibarat skenario yang telah diciptakan untuk mempertemukan kami.
Lalu kami dipertemukan Allah dalam episode lainnya. Episode cinta yang lain. Mereka berjumlah 10 orang. Saat itu kami membentuk sebuah kelompok ta’lim kecil di mushola, selain juga sebagai pengurus mushola di sana. Berbagai episode kami lewati bersama-sama. Suka dan duka selalu berbagi. Mabit, rihlah, silaturahmi, dan pertemuan-pertemuan lainnya yang cukup menguras perasaan, tenaga dan fikiran. Namun tak ada kata lelah dalam diri ini, walau terkadang ada kerikil-kerikil kecil yang menyertai perjalanan ukhuwah kami.
Kini, 6 tahun berjalan. Semua sudah memiliki jalan masing-masing. Tentu saja, kelompok ta’lim kami sudah tidak bersama lagi, namun interaksi demi interaksi tetap kami lakukan. Membina komunikasi dan silaturahmi dalam sebuah wadah yang memiliki tujuan yang sama, aktivitas kampus, dan lain sebagainya sering kami lalui. Bahkan kami membentuk sebuah tim nasyid yang ingin menyebarkan lirik-lirik yang mengingatkan manusia kepada jalan Allah. Tim itu sebenarnya telah terbentuk sejak di sekolah, namun berbagai kesibukan yang lebih prioritas akhirnya membuat tim kami stagnan dan akhirnya tak ada aktifitas sama sekali. Walaupun demikian, telah ada penerus-penerus yang kami didik untuk meneruskan risalah ini.
Sekarang, semua telah menempuh jalan yang berbeda-beda. Ada yang sudah tidak ta’lim lagi, ada yang sudah menikah, ada yang sudah berbeda sistem, dan ada pula yang acuh tak acuh terhadap satu sama lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, eksternal maupun internal. Kenangan itu kembali berputar di benak saya. Betapa indahnya saat-saat dulu, penuh dengan pesona ukhuwah. Penuh dengan masa-masa heroik, perjuangan, hamasah dan ghiroh yang tinggi. Aksi demi aksi kami lalui bersama. Kesulitan demi kesulitan kami lalui bersama.
Betapa hati ini merindukan mereka. Mereka yang sebagian tak lagi seiring berjalan, mereka yang selalu saya kirimi surat dan sms ukhuwah. Mereka yang senantiasa bertukar kabar masing-masing. Walau mereka telah berjalan di tempat yang berbeda, walau mereka telah memiliki kesibukan yang berbeda, namun mereka tetap saudara saya sampai kapanpun. Cinta dan rindu ini hanya untuk mereka. Karena Allah kami berjumpa, dan karena Allah pula kami berpisah. Selaksa rindu yang selalu hadir di setiap malam, di setiap doa-doa rabithoh yang kami ucapkan. Selaksa rindu yang selalu hadir di sela-sela kesibukan kami. Air mata ukhuwah yang selalu mengalir, lebur menjadi telaga bening di dalam hati setiap insan-insan yang saling mencintai karena Allah.
Created by : Hanan2jahid. Di keheningan malam sebelum ujian. Rindu itu bermuara ke tempatnya.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan)Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma’rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
NB : Ana mencintai antuna semua karena Allah, tetaplah selalu berada dalam kebaikan wahai ukhtiku, tak ada jalan terindah selain jalan orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Dan kenikmatan itu telah menanti kita. Allahuakbar!!!
Lalu kami dipertemukan Allah dalam episode lainnya. Episode cinta yang lain. Mereka berjumlah 10 orang. Saat itu kami membentuk sebuah kelompok ta’lim kecil di mushola, selain juga sebagai pengurus mushola di sana. Berbagai episode kami lewati bersama-sama. Suka dan duka selalu berbagi. Mabit, rihlah, silaturahmi, dan pertemuan-pertemuan lainnya yang cukup menguras perasaan, tenaga dan fikiran. Namun tak ada kata lelah dalam diri ini, walau terkadang ada kerikil-kerikil kecil yang menyertai perjalanan ukhuwah kami.
Kini, 6 tahun berjalan. Semua sudah memiliki jalan masing-masing. Tentu saja, kelompok ta’lim kami sudah tidak bersama lagi, namun interaksi demi interaksi tetap kami lakukan. Membina komunikasi dan silaturahmi dalam sebuah wadah yang memiliki tujuan yang sama, aktivitas kampus, dan lain sebagainya sering kami lalui. Bahkan kami membentuk sebuah tim nasyid yang ingin menyebarkan lirik-lirik yang mengingatkan manusia kepada jalan Allah. Tim itu sebenarnya telah terbentuk sejak di sekolah, namun berbagai kesibukan yang lebih prioritas akhirnya membuat tim kami stagnan dan akhirnya tak ada aktifitas sama sekali. Walaupun demikian, telah ada penerus-penerus yang kami didik untuk meneruskan risalah ini.
Sekarang, semua telah menempuh jalan yang berbeda-beda. Ada yang sudah tidak ta’lim lagi, ada yang sudah menikah, ada yang sudah berbeda sistem, dan ada pula yang acuh tak acuh terhadap satu sama lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut, eksternal maupun internal. Kenangan itu kembali berputar di benak saya. Betapa indahnya saat-saat dulu, penuh dengan pesona ukhuwah. Penuh dengan masa-masa heroik, perjuangan, hamasah dan ghiroh yang tinggi. Aksi demi aksi kami lalui bersama. Kesulitan demi kesulitan kami lalui bersama.
Betapa hati ini merindukan mereka. Mereka yang sebagian tak lagi seiring berjalan, mereka yang selalu saya kirimi surat dan sms ukhuwah. Mereka yang senantiasa bertukar kabar masing-masing. Walau mereka telah berjalan di tempat yang berbeda, walau mereka telah memiliki kesibukan yang berbeda, namun mereka tetap saudara saya sampai kapanpun. Cinta dan rindu ini hanya untuk mereka. Karena Allah kami berjumpa, dan karena Allah pula kami berpisah. Selaksa rindu yang selalu hadir di setiap malam, di setiap doa-doa rabithoh yang kami ucapkan. Selaksa rindu yang selalu hadir di sela-sela kesibukan kami. Air mata ukhuwah yang selalu mengalir, lebur menjadi telaga bening di dalam hati setiap insan-insan yang saling mencintai karena Allah.
Created by : Hanan2jahid. Di keheningan malam sebelum ujian. Rindu itu bermuara ke tempatnya.
“Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun untuk mencurahkan mahabbah hanya kepadaMu, bertemu untuk taat kepadaMu, bersatu dalam rangka menyeru (di jalan)Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya. Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahayaMu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepadaMu, hidupkanlah dengan ma’rifatMu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.”
NB : Ana mencintai antuna semua karena Allah, tetaplah selalu berada dalam kebaikan wahai ukhtiku, tak ada jalan terindah selain jalan orang-orang yang berjuang di jalan Allah. Dan kenikmatan itu telah menanti kita. Allahuakbar!!!
Pernahkah kita merasakan kegelisahan jiwa yang sangat? Mungkin pernah. Bahkan lebih dari itu pun pernah kita alami.
Suatu malam yang senyap, saya terbangun dari lelapnya tidur. Peristiwa itu begitu menyisakan rasa yang tak terungkap. Saat terbangun, nafas ini berhenti. Antara sadar dan tidak. Saya bisa merasakan kondisi sekitar, sunyi, gelap, namun tetap saja tak bisa bernafas. Berapa lama berhenti bernafas saya tak tahu. Seakan-akan ada sesuatu yang menarik kaki dan tangan, seperti sesuatu yang mau pergi dari raga ini. Saat itu saya benar-benar ketakutan, berfikir apakah ini ajal saya? Padahal masih banyak hal yang belum dilakukan. Semua konsep tentang mati syahid, jihad, dan kematian terbang begitu saja. Ternyata saya takut mati?
Lalu kondisi pun kembali seperti semula. Namun setelah itu perenungan tentang perjalanan hidup yang sudah berpuluh tahun dijalani hadir di kepala. Betapa banyak ternyata hal yang sia-sia telah saya lakukan. Ketidakmaksimalan dan ketidakoptimalan masih menjadi mayoritas dalam hidup ini. Teringat kembali kisah masa lalu yang begitu membekas dalam hidup. Kondisi jiwa yang dulu begitu rapuh. Kehidupan di masa lalu, penuh dengan noda dan dosa. Tak akan kembali saat-saat yang pernah terjadi. Penyesalan itu memang selalu datang terlambat. Air mata itu menetes, mengalir, hangat, seakan membersihkan hati yang ternoda.
Terkadang lisan ini berkata-kata, namun sungguh, Allah tidak menyukai perkataan yang tidak diiringi dengan perbuatan. Ingin rasanya waktu berputar kembali hingga dapat saya perbaiki seluruh hal yang pernah terjadi, tapi itu mustahil bukan? Hanya waktu yang tersisa yang bisa saya perbaiki Masih ada kesempatan. Masih ada ruang hati yang jernih. Masih ada harapan. Harapan memang menjadikan seseorang menjadi lebih kuat, karena saya yakin Allah sangat menyayangi hamba-hambaNya.
Sungguh, setiap langkah kita akan indah jika kita tapaki dengan kebaikan dan keteguhan berada di jalanNya. Tak ada hal terindah selain mendapat ridhoNya. Tak ada keindahan berukhuwah selain saling mendoakan dan mengingatkan. Wilayah bumi manapun tak akan pernah mampu memuliakan kita, hanya iman dan amal yang dapat memuliakan kita.
Created by : Hanan2jahid, 061205, dalam sebuah perenungan
NB : Maafkan segala kesalahanku. Lomba kita belum selesai kan? :)
Suatu malam yang senyap, saya terbangun dari lelapnya tidur. Peristiwa itu begitu menyisakan rasa yang tak terungkap. Saat terbangun, nafas ini berhenti. Antara sadar dan tidak. Saya bisa merasakan kondisi sekitar, sunyi, gelap, namun tetap saja tak bisa bernafas. Berapa lama berhenti bernafas saya tak tahu. Seakan-akan ada sesuatu yang menarik kaki dan tangan, seperti sesuatu yang mau pergi dari raga ini. Saat itu saya benar-benar ketakutan, berfikir apakah ini ajal saya? Padahal masih banyak hal yang belum dilakukan. Semua konsep tentang mati syahid, jihad, dan kematian terbang begitu saja. Ternyata saya takut mati?
Lalu kondisi pun kembali seperti semula. Namun setelah itu perenungan tentang perjalanan hidup yang sudah berpuluh tahun dijalani hadir di kepala. Betapa banyak ternyata hal yang sia-sia telah saya lakukan. Ketidakmaksimalan dan ketidakoptimalan masih menjadi mayoritas dalam hidup ini. Teringat kembali kisah masa lalu yang begitu membekas dalam hidup. Kondisi jiwa yang dulu begitu rapuh. Kehidupan di masa lalu, penuh dengan noda dan dosa. Tak akan kembali saat-saat yang pernah terjadi. Penyesalan itu memang selalu datang terlambat. Air mata itu menetes, mengalir, hangat, seakan membersihkan hati yang ternoda.
Terkadang lisan ini berkata-kata, namun sungguh, Allah tidak menyukai perkataan yang tidak diiringi dengan perbuatan. Ingin rasanya waktu berputar kembali hingga dapat saya perbaiki seluruh hal yang pernah terjadi, tapi itu mustahil bukan? Hanya waktu yang tersisa yang bisa saya perbaiki Masih ada kesempatan. Masih ada ruang hati yang jernih. Masih ada harapan. Harapan memang menjadikan seseorang menjadi lebih kuat, karena saya yakin Allah sangat menyayangi hamba-hambaNya.
Sungguh, setiap langkah kita akan indah jika kita tapaki dengan kebaikan dan keteguhan berada di jalanNya. Tak ada hal terindah selain mendapat ridhoNya. Tak ada keindahan berukhuwah selain saling mendoakan dan mengingatkan. Wilayah bumi manapun tak akan pernah mampu memuliakan kita, hanya iman dan amal yang dapat memuliakan kita.
Created by : Hanan2jahid, 061205, dalam sebuah perenungan
NB : Maafkan segala kesalahanku. Lomba kita belum selesai kan? :)
Dalam setiap desahan nafas, ada asma Allah yang berkumandang. Dalam setiap aliran darah ada asma Allah yang mengalir di dalam lorong-lorong tak bertepi. Seluruh alam bertasbih memuji kebesaran Allah. Tunduk hanya pada satu perintah. Berlabuh hanya pada satu muara.
Dan pagi itu, tepatnya pukul enam kurang, ia telah pergi memenuhi panggilan Rabb-nya dengan sebaik-baik penutup. Wajahnya cerah dan berseri. Bibirnya menyunggingkan senyum yang penuh makna. Benua makna yang tak terungkap oleh manusia.
Sosok itu sangat lekat dalam kehidupan. Sosok seorang suami, bapak, sahabat, bahkan guru bagi para santri-santrinya. Sosok yang senantiasa berada dalam kebaikan, kebersihan jiwa, serta keluasan ilmu dan wawasan. Sosok yang senantiasa menjadi pengayom bagi siapapun. Menjadi pendidik di setiap kesempatan. Namanya mungkin tidak setenar menteri agama, ketua MUI, atau para ulama yang senantiasa tampil di televisi. Tapi ia meninggalkan begitu banyak kebaikan untuk orang-orang yang ia tinggalkan. Semasa hidupnya, ia selalu ramah terhadap orang lain. Ia senantiasa mengajarkan ilmu yang bermanfaat untuk para santrinya di sebuah pesantren, mengajar mengaji al-qur’an dan kitab, menampilkan amalan-amalan terbaiknya, akhlak yang santun, selalu baik terhadap para tamu yang datang. Rajin bersadaqoh dan berinfaq. Subhanallah....
Ia memang terlahir dari keturunan orang-orang yang senantiasa berlomba dalam kebaikan. Walau pun demikian, iman tak dapat diwarisi. Ilmu dan hikmah lah yang telah ia peroleh dari orang-orang terdahulu. Selalu belajar dan mengajarkan ilmu-ilmu keislaman dan kehidupan. Ia telah berhasil menjadi sosok bapak dan sahabat bagi anak-anaknya, guru bagi santri-santrinya, suami bagi istrinya, dan ulama bagi masyarakat. Subhanallah....
Saat dimakamkan di sebelah makam orang tuanya, secara tak sengaja seorang penggali kubur terjatuh di dekat makam, dan terlihat kain kafan yang masih utuh tak lapuk di makan usia. Betapa hal tersebut menjadi cermin orang-orang sholeh yang ada pada mereka. Subhanallah....
Kini, ia telah pergi. Meninggalkan begitu banyak kebaikan untuk orang lain. Meninggalkan kerinduan yang teramat mendalam, haru yang membuncah, bahagia yang tak tersampaikan, kesedihan yang wajar, dan beraneka rasa yang melekat di jiwa setiap orang-orang yang ia tinggalkan. Mungkin Allah lebih mencintainya. Mungkin Allah tak ingin jiwanya terkotori oleh fananya dunia ini.
Dan pada hari itu, seluruh alam pun menangis, melepas kepergian seorang insan manusia yang dalam hidupnya selalu mengerjakan kebaikan untuk diri, keluarga, dan orang lain. Hampir di sebagian besar kota di Indonesia hujan pada hari itu. Apakah ini hikmah yang tak terungkap? Wallahua’lam. Semoga kepergiannya memberikan hikmah yang cukup berarti bagi kita. Betapa ingin kita menutup hari-hari kehidupan kita dengan sebaik-baik penutup. Dan Allah akan senantiasa menyayangi hambaNya dengan cara yang berbeda. Wallahua’lam.
Created by : Hanan2jahid, 151105, ba’da subuh, dalam sebuah perenungan.
Mengingatkan saya pada kepergian seorang ulama dari sebuah pesantren di salah satu kota di Indonesia, bapak dari seorang saudara seakidah. Dan seorang lagi, seorang masyaikh dakwah yang belum lama meninggalkan kita. Sungguh dalam diri orang-orang sholeh, akan senantiasa terukir do’a bagi mereka yang ditinggalkan. :)
NB : Dipersembahkan untuk mereka yang ditinggalkan. Innalillaahi wa innaa ilaihirooji’uun. Innallaaha ma’asshobiriin. Ampunilah, rahmatilah, dan maafkanlah ia ya Allah. Terima segala amal ibadahnya. Teruskan segala amal jariyahnya. Lanjutkan segala kebaikannya kepada keluarganya. Jadikanlah ia orang-orang yang terhimpun ke dalam golongan orang-orang yang Engkau cintai. Allah, hanya Engkau sebaik-baik Pencipta dan tempat kembali. Amiin.
Beberapa bulan yang lalu, Ustadzah Yoyoh Yusro salah satu anggota dewan dari fraksi PKS memberikan sebuah ceramah yang cukup menarik tentang bagaimana sebuah keluarga menjadi keluarga dakwah yang mencetak generasi-generasi yang mampu menggantikan dan mengisi kekosongan-kekosongan dalam sebuah peradaban.
Beliau banyak menyinggung tentang hafalan al-qur’an dalam diri aktivis dakwah dan keluarga para aktivis. Beliau bercerita tentang para ummahat dari Palestina yang datang ke Indonesia, bahwa ketika mereka berbicara di depan umum, mereka selalu ta’aruf dengan menyebutkan nama, status, dan berapa juz hafalan Al-qur’annya. Dan subhanallah, rata-rata mereka telah hafal 30 juz Al-qur’an, sementara kita ketahui bersama bahwa Palestina adalah negara yang selalu dihujani konflik, bom, dan tembakan di mana-mana bahkan untuk sholat pun nyawa menjadi taruhannya, namun mereka mampu menjadi hafidzhoh yang handal bahkan anak-anak mereka pun demikian. Sedangkan di Indonesia masih bisa kita hitung para penghafal Al-qur’annya, padahal kalau menurut saudara-saudara kita di luar Indonesia, Indonesia itu ibarat “Syurga Dakwah”, sebuah negara mayoritas muslim dan islam bertebaran di mana-mana, kita merdeka dalam melakukan ibadah, fasilitas lengkap, dan kondisi sangat mendukung untuk menjadi para penghafal, tetapi kenyataannya sangat jauh dari yang diharapkan.
Baru-baru ini Ustadzah memberikan ceramahnya dengan lebih spesifik, bagaimana sebuah keluarga aktivis dakwah mampu memelihara hafalan Al-qur’an baik antara suami, istri, dan anak-anaknya. Point penting dari ceramah ustadzah adalah sebagai berikut :
1. Al-qur’an tidak akan mendekat pada orang yang menganggapnya sulit, so hendaknya kita mempunyai perspektif bahwa menghafal Al-qur’an itu tidak sulit
2. Suami bertanggungjawab untuk meningkatkan bacaan dan hafalan al-qur’an sang istri
3. Para istri harus rajin setor hafalan pada suami baik dalam keadaan susah maupun senang
4. Kewajiban pada Allah konsisten dilaksanakan, maka Allah pasti memberi kemudahan karena sayang Allah pada seorang hamba lebih sayang daripada seorang ibu pada anaknya
5. Tidak ada halangan bagi mereka yang tinggal di negara yang mayoritas nonmuslim untuk hafal Al-qur’an
6. Para suami juga harus menjaga hafalannya
7. Allah Maha Tahu tentang keinginan-keinginan kita, maka kalau kita ingin kita dan anak kita hafal alquran, insyaAllah Allah akan mengabulkan do’a-do’a kita
8. Melatih anak-anak untuk menghafal Al-qur’an sejak masih kecil, dimulai dengan surat- surat pendek terlebih dahulu, cara menghafal dapat disesuaikan dengan kondisi anak, bisa sambil mendengar vcd Al-qur’an atau dengan cara permainan, semua tergantung sang Ibu yang mendidiknya
9. Shalat tepat waktu karena waktu kita akan menjadi berkah
10. Bangun malam untuk melakukan shalat qiyamul lail
11. Shalat subuh dan ashar tepat waktu, karena pada waktu-waktu tersebut malaikat mendoakan kita
12. Apa yang bisa kita berikan untuk dakwah ini, maka Allah akan memberi keberkahan
Demikianlan point penting dari ceramah beliau. Sungguh, sebuah tulisan tak akan ada manfaatnya jika hanya sekedar ditulis dan dibaca melainkan diaplikasikan dalam kehidupan kita. InsyaAllah.
Created by : Hanan2jahid. Dhuha. Indonesia. Kita pasti bisa menjadi hafidzhoh, insyaAllah :)
NB : Subhanallah, sangat dekat dengan kehidupan kita. Mari kita memotivasi diri kita untuk meningkatkan hafalan Al-qur’an kita, karena suatu saat kita akan berkata dengan lantang di hadapan orang banyak bahwa “Aku hafidzhoh” (niatnya jangan riya ya, sekedar memotivasi :D) dan menjadikan Al-qur’an sebagai pedoman hidup kita dalam setiap arah perjuangan. Masa kalah sih dengan mereka (nonmuslim) yang menguasai kitab mereka? We will do it, won’t we? :)