Untukmu Sahabat

By hanan2jahid - December 26, 2005

Kehidupan bagaikan roda, Beribu zaman terus berputar
Namun satu tak akan pudar, Cahya Allah tetap membahana
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Walau raga meregang nyawa, Harta dunia tiada tersisa
Namun jiwa tetaplah satria, Takkan surut satu langkah jua
Majulah sahabat mulia, Berpisah bukan akhir segalanya
Lepas jiwa terbang mengangkasa, Cita kita tetap satu jua
Debu-debu dab darah suci, saksi nan tak terbantahkan lagi
Gunung lembah hutan dan samudra, Untuk Allah di atas segalanya

Lirik nasyid Izzatul Islam itu mengalir di benak saya. Teringat saat-saat perjuangan dahulu. Bersama seorang sahabat yang senantiasa menjadi pendamping di kala suka dan duka. Saya masih ingat, lirik ini menjadi lirik yang paling kami minati. Di setiap agenda dakwah, aksi-aksi, mabit, dauroh, dan sebagainya. Selalu hadir nasyid yang menggelorakan semangat di dada kami. Masya Allah...

Kata-katanya waktu itu, saat pertemuan di sebuah konser amal, sangat mengejutkan saya. Ia telah memutuskan untuk tak seiring sejalan lagi dengan saya, walau kami tetap di bawah satu panji yaitu islam. Metode kami sudah berbeda, cara berfikir kami pun sudah berbeda, walau begitu ia tetaplah saudara saya, sahabat terbaik yang pernah saya miliki.
Masih teringat jelas kata-katanya waktu itu, “Ana ingin pindah ukh”. Deg. Saya terkejut dan sudah dapat menebak arah pembicaraannya, dan saya juga faham bagaimana kondisinya luar dalam hingga ia berani mengambil sikap seperti itu. Lalu saya katakan padanya, “Kita sudah sama-sama dewasa. Anti tahu jalan mana yang harus dipilih. Tak mungkin ana paksakan apa yang seharusnya anti pilih. Tak perlu juga ana memaksa anti untuk tetap pada jalan ini, karena itu semua adalah hak anti. Walau jujur ana katakan, ana sebagai seorang saudara belum ikhlas dengan keputusan anti, tapi bagaimanapun juga keputusan ada di tangan anti. Satu yang harus anti fahami bahwa di manapun anti berada, tetaplah menjadi orang yang memberikan manfaat kepada orang lain, tetaplah berdakwah di manapun anti dan bagaimanapun anti adanya”

Hari ini saya bertemu dengannya, masih sama seperti yang dulu. Tidak berubah. Masih tetap “ramai”. Hatiku terusik juga untuk tertawa, senyumnya masih sama seperti yang dulu. Saya bahagia bisa bertemu dengannya lagi. Namun tak sanggup pula mata ini untuk menahan kristal bening yang ingin keluar. Masih teringat jelas sekali saat-saat kami beraktivitas dahulu, ia yang sangat militan, ia yang sangat berani, canda tawanya, kegelisahannya, semua hal tentangnya dahulu, masih teringat jelas. Masa-masa itu tak mungkin akan kembali. Ia telah memutuskan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan terakhir. Dan saya tahu, bahwa hal itu membuatnya jauh lebih tenang. Subhanallah...

Saudaraku...
Tulisan ini kupersembahkan untukmu. Untuk manisnya persaudaraan, indahnya persahabatan, hangatnya diskusi-diskusi yang kita lakukan, peluh dan air mata yang mengalir bersama perjuangan kita. Walau ku tahu, engkau tak akan berjalan bersamaku lagi, walau ku tahu engkau pun masih menyimpan kenangan itu.
Jalan dakwah ini adalah jalan yang panjang, penuh onak dan duri, penuh batu-batu terjal yang senantiasa menghalangi para pejalannya untuk sampai di tujuan. Jalan ini adalah jalan orang-orang yang sedikit jumlahnya. Jalan mereka yang siap berkorban segalanya demi sebuah janji yang pasti Allah berikan. Jalan orang-orang yang sabar dan istiqomah.

Saudaraku...
Penuhilah kantong-kantong ilmu kita, penuhilah kantong-kantong amal kita. Penuhilah rongga dadamu dengan semangat yang membara, keikhlasan yang murni, dan keteguhan untuk berada pada jalan dakwah ini. Apapun kita dan bagaimana pun kita, kita adalah da’i sebelum segala sesuatu. Dan kita adalah ruh pada tubuh umat ini.
Saat jiwamu terbakar dengan rasa amarah dan kecewa, arahkan ia selalu pada Allah, Rabb pembolak-balik hati. Saat engkau bersedih, kembalikan kepadaNya. Saat engkau bahagia, kembalikan padaNya.

Saudaraku...
Tulisan ini adalah hasil simponi jiwaku. Jauh di relung hatiku terdalam, ada kerinduan akan segala aktivitas kita dahulu. Walau semuanya akan tetap berjalan dengan atau tanpamu. Sungguh, aku mencintaimu karena Allah ukh. Dan desah nafas ini akan semakin memburu saat berjuang di jalan Allah, dan semakin mendesah saat menyebut namaNya. Semoga Allah mengabadikan nafas kita di Jannah-Nya. Amin.

Created by : hanan2jahid, petang yang kelabu. Saat tetesan hujan membasahi bumi, sebagaimana hatiku yang sedang basah karena telaga itu.

NB : Untuk para pejuang kebenaran, siapapun dan di manapun antum dan antuna berada, fastabiqul khoirot. Jalan ini masih panjang saudaraku, jangan engkau jatuh sebelum mencapai puncaknya. Di atas sana, engkau akan melihat sebuah keindahan, cahaya Allah akan masuk ke relung kalbu insan-insan yang beriman.

  • Share:

You Might Also Like

11 comments

  1. perbedaan adalah sarana untuk senantiasa meningkatkan semangat dalam setiap amal

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:29 AM

    Saya menjadi teringat akan sebuah mutiara hikmah, semua jalan akan & pasti hanya menuju kepada Allah SWT, secara sukarela maupun terpaksa. Hanya saja, ada jalan-jalan yang diridhai-Nya & ada jalan yang tidak diridhai-Nya. Percayalah saudariku, banyak jalan menuju kepada-Nya, sebanyak nafas mahluk ciptaan-Nya dan sebanyak bintang-bintang di angkasa raya..., Semoga Allah SWT Dzat Yang Maha Pemberi Petunjuk, menunjukan kita semua pada jalan-jalan yang diridhai-Nya, sebagaimana jalan Bapak kita Nabi Ibrahim AS dan jalan jungjunan kita yang mulia Nabi Muhammad SAW. Amin Ya Allah Ya Rabbalalamin. Tabik !!!

    ReplyDelete
  3. Anonymous1:38 PM

    Once again my sister !!!, cause through shimpony of your soul, Allah SWT give me spirit, so let's I send this poem, especially for you as a gift, It's poem not create by me but by Jalal ad-Din Rumi, may Allah give you happiness.., :-)

    The Optimistic Rose

    In this tale there is a warning for thee, O Soul,
    That thou mayest acquiesce in God's ordinances,
    And be wary and not doubt God's benevolence,
    When sudden misfortune befalls thee.
    Let others grow pale from fear of ill fortune,
    Do you smile like the rose at loss and gain;
    For the rose, though its petals be torn asunder,
    Still smiles on, and it is never cast down.

    Salam,

    ReplyDelete
  4. Anonymous2:53 PM

    Saudariku, jangan bersedih dengan perpisahan, satu hal yang mesti kita yakini, jalinan cinta yang tumbuh demi-Nya tak akan pernah dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Perasaan cinta yg seperti itu, layaknya perasaan cinta seorang ibu pada anaknya, bahkan lebih !.

    Saudariku, janganlah engkau merasa jauh dengan sahabatmu, karena Allah SWT sendirilah yang akan menjalin & menyatukan jiwa-jiwa yang saling mencintai karena-Nya,

    Saudariku, jangan engkau merasa bahwa engkau lama tidak berjumpa dengan sahabatmu, karena tatkala engkau & sahabatmu bersimpuh dan bersujud dihadapan-Nya, pada saat itulah Dia akan mempertemukan jiwa-jiwa yang saling mencinta demi & karena-Nya.., keep smile & shine on ! :-)

    ReplyDelete
  5. Anonymous5:00 PM

    assalamualaikum wr wb ukhti ...

    kehidupan memang seperti ini ukh..
    tak semua keinginan kita terpenuhi
    dan kita harus berjiwa besar :)

    " belum tentu yang kita senangi itu baik bagi kita, dan bole jadi sesuatu yang buruk itu ternyata itulah yang terbaik bagi kita "

    Allah lah yang maha mengetahui ...

    ReplyDelete
  6. Anonymous10:43 AM

    Dalam setiap masa selalu ada pejuang, sejogyanya kita bertanya kitakah pejuang itu?. Kehadiran shahabat memberikan kekuatan sendiri dalam menapaki jalan Ini, namun semua adalah pilihan kesadaran. Semoga Allah menggantinya dengan yang lebih baik. Amin...
    Keep Istiqomah!!!
    Nb: Sungguh... tulisan anti merupakan gambaran geliat kita di medan ini)

    ReplyDelete
  7. Anonymous7:59 PM

    Subhanallah... walaupun postingan ini diperuntukkan buat sahabat Ukhti, sungguh, saya sangat tersentuh membacanya.. Mari saling mendo'akan semoga Allah swt selalu memandu kita agar dapat mencapai puncak idealisem seorang insan yang beriman.. Amin. Pujian bagi Allah!

    Tak masalah ukhti, yang terpenting beliau tetap di jalan-Nya. Perbedaan dalam memilih harokah tak masalah, yang terpenting adalah harokah tersebut shohih (dalan manhaj nubuwah) dan dapat memberikan kontribusi nyata dalam memandu umat menuju kebangkitan bersama Islam.

    Tapi sayang, banyak pula sahabat saya yang dulunya semangat dalam berdakwah, malah kini tak tersentuh lagi jejaknya dalam keistiqomahan.

    Rab, curahkan hidayah-Mu..
    dan mantapkan hati kami ya Allah dalam manisnya iman dan pengorbanan..

    ReplyDelete
  8. iya, perbedaan harokah adalah sebuah hal yang selayaknya disikapi dengan bijak.Selagi masih berpegang kepada al-quran dan hadist, dan masih memiliki tujuan yang jelas untuk Allah, kita fastabiqul khoirot saja.Jazakumullah atas komen antum dan antuna semua. Berlapang dada dan husnuzhon adalah selemah-lemah ukhuwah. Mendoakan saudara kita adalah selemah-lemah iman. InsyaAllah kita tak boleh lelah dalam dakwah ini. Allahuakbar!!!

    ReplyDelete
  9. Anonymous4:31 AM

    Tak Kunjung Datang

    aku nantikan
    kami rindukan
    telinga yang mendengarkan
    hati yang mengerti
    di negeri ini
    berpuluh tahun
    terasa ngunngun
    kami mencari dan bingung
    pemimpin yang paham
    dan melapangkan
    tak kunjung datang
    ataukah memang
    tak dilahirkan oleh Tuhan

    aku dambakan
    kami impikan
    pidato yang menentramkan
    perlakuan sejuk dan pembebasan
    sekian lama
    engkau janjikan
    horison keterbukaan
    bukan penyempitan dan pengkotakan
    tetapi kapan ?
    ia tak menjelang
    jaman berlalu
    dan menipu

    kau tak belajar memahami
    selain mau mu sendiri
    tak tau beda
    antara penguasa
    dan pemimpin bangsa

    Puisinya : Emha Ainun Nadjib

    ReplyDelete
  10. Anonymous9:03 PM

    assalamu'alaikum.

    sesak di dada coz terharu..
    itu yang terjadi pada diri ini ketika membaca artikel antum.

    Alloh Maha Mengetahui. semoga inilah yang terbaik. Selalu mencoba menguatkan hati....

    Jangan bosan tuk berdo'a agar Alloh akan menyatukan kelak di akherat dalam naungan Ridho-Nya.

    Kenop
    yang merindunkan senyum-Nya

    ReplyDelete
  11. Anonymous6:13 AM

    This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete