Cahaya di Atas Cahaya

By hanan2jahid - December 17, 2005

“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”
(QS. An-Nur : 35)

Banyak yang bertanya kepada saya, kenapa judul blog ini cahaya di atas cahaya? Sebenarnya sejak 6 tahun yang lalu, saya sangat terkesan dengan ayat 35 dari surat an-nur ini. Ketika bertemu dengan kata “cahaya di atas cahaya”, ada perasaan yang berbeda muncul di hati saya. Sebuah perasaan yang seakan-akan itu sangat indah dan mempesona. Bisa dibayangkan jika kita melihat sebuah cahaya? Terang dan indah. Lalu bagaimana jika cahaya itu berlapis-lapis, cahaya di atas cahaya. Saya tidak tahu bagaimana itu cahaya yang berlapis-lapis, mungkin akan sangat terang dan memukau. Itulah yang saya pahami waktu itu. Sejalan dengan usia yang bertambah dan pola fikir yang juga tentunya jauh berbeda dari 6 tahun yang lalu, kini saya kembali mengukir kata-kata itu pada blog yang saya miliki, masih dengan perasaan yang sama namun dalam konteks yang berbeda.

Allah menyebut diriNya sebagai an-Nur sebagaimana Allah menyebut Al-Qur’an dengan sebutan nur sebagaimana firman Allah : “...dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang-benderang (Al-Quran)” (QS. An-Nisa : 174)

Penggabungan kata nur dengan langit dan bumi menunjukkan betapa luasnya jangkauan cahaya Allah, sehingga seluruh langit dan bumi menjadi terang. Al-Qur’an juga membuat perumpamaan terhadap nur Ilahi itu dengan membuat perumpamaan terdekat yang dapat ditangkap alat indera pada umumnya. Perumpamaan ini adalah perumpamaan hidayah Allah kepada kaum mu’minin. Ibnu Asyur melukiskan perumpamaan itu seperti yang dinukilkan oleh Abdul Halim Mahmud : “Al-misykat adalah perumpamaan hidayah dan petunjuk Allah yang meyakinkan, yang dilengkapi dengan bukti-bukti kuat tanpa ada peluang ragu-ragu maupun mundur. Cahaya yang terlindungi dari pemadaman adalah perumpamaan Al-quran yang terjaga dari segala penyimpangan.

Hidayah islam adalah bagaikan cahaya penerang, yang menjelaskan segala sesuatu dengan benar.
Kemurnian ajaran islam dari kerancuan dan keraguan adalah bagaikan terangnya kaca dalam memancarkan cahaya.
Wahyu Allah yang disampaikan baik berupa Al-Qur’an maupun As-Sunnah adalah bagaikan pohon yang banyak berkahnya, yang memberikan buahnya sepanjang waktu. Bayangannya menjadi teduhan bagi siapapun yang berlalu.
Toleransi dan sikap moderat islam dilukiskan dengan keberadaan pohon yang ada di pertengahan ufuq, tidak timur dan tidak barat. Islam adalah moderat antara sikap tegas yang menyulitkan dan sikap lunak yang melenakan.
Keabadian islam diibaratkan dengan keabadian nyala api lampu.
Pengajaran Al-Qur’an dan penjelasan agama yang Rasulullah saw lakukan terhadap umatnya dilukiskan sebagai minyak yang bersih yang dapat terlihat jelas oleh setiap orang yang berakal, mudah dicerna, dan hampir-hampir dapat dipahami tanpa diajari.
Minyak yang diperoleh dari pohon zaitun melambangkan perlunya ijtihad para ulama dalam menggali hukum agama sesuai dengan berlalunya waktu.

Dalam ayat ini ada 3 hal penting yang dapat diambil :
1. Bahwa Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang Allah kehendaki. Hal ini karena pertama-tama hidayah itu atas kehendak Allah sebelum keinginan akal. Orang-orang yang beriman akan mendapatkan cahaya itu ketika menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, lihat QS. Al-Hadid : 28.
2. Allah membuat perumpamaan bagi manusia agar mudah dipahami dan menjadi peringatan bagi mereka lalu menjadi orang yang benar
3. Allah mengetahui siapa orang-orang yang benar karena mendapat hidayah dan siapa saja yang tetap dalam kesalahan

Subhanallah, ternyata Allah memberikan perumpamaan terhadap islam dan hidayah dengan sebuah perumpamaan sederhana namun indah dan sarat akan makna. Cahaya di atas cahaya, berlapis-lapis. Menurut anda perumpamaan itu indah bukan?
Maraji' :
"Dirasat Tarbiyah Surat An-Nur", penulis : Muhith Muhammad Ishaq, M.Ag. Sebuah buku yang diangkat dari thesis beliau tentang surat An-Nur
Created by : Hanan2jahid, 171205. Cahaya itu memang indah :)

NB : Ada yang bertanya kepada saya, “apa antum sudah pernah melihat cahaya di atas cahaya?”. Sekarang saya akan menjawabnya, “belum” jika penglihatan itu dalam konteks real secara visual. Dan saya akan menjawabnya “sudah” jika cahaya di atas cahaya diartikan sebagai hidayah Allah yang berlapis-lapis. Dan hal itu akan tetap saya pertahankan sampai kapanpun, tak akan saya lepas apa pun yang akan terjadi, karena hidayah itu teramat mahal untuk dilepas. Teramat mahal dan teramat indah untuk dilepaskan begitu saja. Semoga Allah selalu memberikan hidayahNya kepada orang-orang yang berusaha untuk meraihnya. Dan meneguhkan jalan orang-orang yang telah mendapatkan hidayah hingga ia kembali memenuhi janjinya kepada Rabb, penggenggam seluruh jiwa, dalam keadaan islam dan teguh mempertahankan hidayahNya. Amin. Bukan begitu saudaraku? :)

  • Share:

You Might Also Like

8 comments

  1. Assalamu'alaikum wr.wb
    Tafsir yang Ilmiah, Cahaya di atas cahaya, ada di buku Ar Rasul karya Sayyid Hawwa. Subahanallah.. bagus sekali. Apalagi kalo ada buku Al azas fi tafsir karya beliau.

    ReplyDelete
  2. begitu detail sekali... saya suka.

    namun, lebih baik jika dihafal dan fahami ayat itu dengan hati bukan? =)

    ReplyDelete
  3. Anonymous4:27 PM

    This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  4. Masya Allah, ketika Allah SWT sudah memilih seseorang yang Insya Allah dicintai-Nya untuk mengabarkan akan keindahan-Nya maka sesuatu yang rumit menjadi semakin mudah untuk difahami. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Cahaya-Nya pada seluruh kaum muslimin dan seluruh ciptaan-Nya. Amin

    ReplyDelete
  5. Anonymous8:44 PM

    Terimakasih atas jawabannya, ya Insya Allah demikianlah benar adanya. Semoga Allah SWT melimpahi kita kekuatan dan keridhaan-Nya, sehingga kita senantiasa diberi kekuatan dan keihlasan hati untuk senantiasa bersimpuh dan berlindung dalam Cahaya-Nya. Jazakallohu khairankatsiro...

    ReplyDelete
  6. Anonymous11:04 PM

    Manusia tak ubahnya laron,
    Dan Dia adalah Cahaya,
    Sudah menjadi sifat & naluri laron,
    Ia akan selalui mengitari dan bahkan menenggelamkan diri dalam Cahaya,
    Laron tak pernah dihinggapi rasa takut diri terbakar, hangus dan bahkan luruh dalam Cahaya,
    Ketika laron menyadari bahwa sejak semula ia tercipta untuk luruh dalam Cahaya.
    Blogs anda ini adalah Cahaya,
    Kami-kami ini adalah laron-laron yang mengitarinya,
    Berharap terbakar, hangus, atau bahkan luruh dalam Cahaya...,

    ReplyDelete
  7. Anonymous4:46 PM

    Assalammualaikum wr.wb.,

    Ketika Allah SWT, mengkaruniai seseorang ilmu yang Insya Allah diridhai-Nya, maka marilah kita sama-sama saling mengingatkan diri kita masing-masing, bahwa ilmu itu bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun untuk disebarluaskan agar menjadi cahaya dan rahmat bagi seluruh alam. Karenanya, mohon siapaun anda, tetaplah berdzikir, berfikir dan berkarya di blogs ini. Jangan berfikir berapa banyak orang yang akan mampir di blogs ini, tetapi berfikirlah bahwa insya Allah anda telah membagi Cahaya dan Rahmat-Nya melalu perantaraan blogs ini. Jangan pernah merasa ragu, jangan pernah merasa takut salah, karena Yang Hak itu nyata Hak Adanya, sementara yang bathil itu nyata bathil adanya. So, please, keep writing...and shared His Light Who was gave it to you with us...,

    Wasalam,

    ReplyDelete