Banyak manusia yang kesendirian. Menikmati suasana di keheningan malam.
Bermain dengan rintihan perasaan. Tanpa terasa, air mata telah menemaninya
Membawa nuansa hatinya menggapai maya
Ingin bertemu Tuhannya, berkasih mesra dengan cintaNya
Mengharapkan keridhoanNya dengan rasa takut.
Terbanglah…wahai manusia yang lelah
Di dalam keramaian yang selalu menyesakkan
Sendirimu bukanlah penjara hati, nikmatilah..namun jangan berlebihan
Setelah engkau menyadari, takut kepada Allah
Di dalam sendiri dan keramaianmu
(lirik : Maidany, ramai dalam kesendirian (refleksi menuju sholeh kolektif, bukan hanya sholeh individu). Album : senandung langit)
Judul dan lirik ini saya ambil dari album nasyid Maidany, sebuah tim nasyid dari kota Medan yang layak untuk direnungi. Lirik ini begitu penuh makna. Terkadang kita sering mengalami kesendirian walau di tengah keramaian sekalipun. Bermain dengan rintihan perasaan. Perasaan suka dan duka. Terkadang saat sendiri, air mata itu telah jatuh mengalir membentuk telaga bening. Di keheningan malam, terkadang kita rindu untuk bercerita. Bercerita apa saja tentang hidup kita. Kepada siapa? Kepada Dia yang selalu mendengar keluh kesah kita. Terkadang pula kita berharap untuk terbang menembus segalanya karena kelelahan yang sangat.
Kesendirian ada kalanya kita nikmati dengan proporsi yang sesuai. Ketika kita telah menyadari bahwa diri kita sedang lelah jiwa dan raga, kesendirian untuk berkasih mesra dengan cintaNya adalah pilihan yang begitu nikmat yang dapat kita rasakan. Melantunkan surat cintaNya dalam rakaat panjang kita, mengharap kasih sayangNya dalam sujud-sujud panjang kita. Hingga tak terasa, seakan-akan jiwa ini telah terbang menembus langit, bersua dengan penggenggam jiwa kita.
Sungguh, ramai dalam kesendirian mampu meluapkan emosi jiwa kita. Sendiri bukanlah sebuah penjara hati, namun kesendirian jangan terlalu berlebihan, karena ia hanya akan membawa kita pada angan-angan kosong yang dapat mencelakakan hati kita. Jika hati telah menemukan mata air kejernihannya kembali, maka kembalilah ke dunia nyata. Banyak hal yang telah menunggu kita di luar sana.
Sahabat, kewajiban kita lebih banyak dari waktu yang tersedia.
Usahlah banyak termenung
Lihatlah masih banyak yang belum kita kerjakan.
Created by : Hanan2jahid, 010106, muslimah room
NB : Kesendirian memang perlu kita lakukan sesekali, namun jangan terlalu berlebihan karena banyak kewajiban yang telah menunggu kita. Kesholehan individu harus bermuara pada kesholehan kolektif yang membangun. Are you agree?
9 comments
Who are you...?
ReplyDeleteAss.wr.wb.,
ReplyDeleteSdri. Hanan yang insya Allah sholehah, beberapa hal yang sdri ungkapkan insya Allah benar adanya.
Namun, seyogyanya kita harus arif dalam mengajak pihak lain yang sdg merenung, untuk segera terjun dalam dunia dakwah fisabilillah. Karena adakalanya, mungkin seseorang yg kita ajak tersebut belum merasa kukuh dengan keimanan yang telah diterimanya. Karena bisa jadi ia merasa bahwa ia hanya menemukan sebuah sungai yg jernih & bukan mata air sbg mana yg sdri maksud. Sehingga,ia harus merasa yakin dengan haqqul yaqin akan kebenaran yang ia pegang, sehingga ia tak akan melepasnya meski jiwa & raga taruhannya.
Kedua, kita harus mengingat firman Allah SWT : Dan janganlah sekali-kali kamu menyangka bahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, Kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bum, dan silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) otang-orang yang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbarin & mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Al-Quran, Surah Al-Imran, Ayat 188-191).
Selain itu, bukankah Rasulullah SAW (Pemimpin agung kita) pernah bersabda bahwa "tidurnya orang alim, lebih baik daripada ibadah orang yang bodoh". Dan, seandainya saya tidak khilaf, ada pula hikmah dari Rasulullah SAW yang intinya menyarankan agar tidak semuanya pergi berperang (berjihad), melainkan harus ada pula yang belajar (memperdalam) Al-Quran dan as-Sunah.
Jadi, menurut hemat saya yang bodoh ini, ada baiknya kita melihat persoalan ini dalam perspektif yang lebih holistik, agar kita tidak tergolong ke dalam golongan yang memandang perbuatan/perkataan buruk sebagai perbuatan/perkataan baik.
Insya Allah, saya yakin saudari Hanan memiliki pemahaman yang utuh akan hal ini. Dan, saya menyampaikan ini, tak lebih sebagai rasa cinta saya kepada sesama saudara, terlebih saya berkali-kali memperoleh hikmah dari tulisan-tulisan anda. Meski tulisan anda sederhana, insya Allah di dalamnya mengandung cahaya.
Maaf, jangan pernah merasa tersinggung, nasihat ini sebenarnya untuk diri saya sendiri juga. Dan, sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah SWT Dzat Yang Maha Mutlak Kebenaran-Nya, sedangkan jika ada kebodohan & kekotoran niat & ucapan itu sepenuhnya datang dari saya pribadi selaku manusia yang banyak kekhilafannya.
Wasalam & terimakasih :-)
Sdri. Hanan yang baik,
ReplyDeleteMohon jangan salah duga, maksud pertanyaan saya "who are you ?" di atas adalah semata-mata lahir karena rasa takjub saya akan kehendak Allah SWT yang mewujud dalam tulisan saudari. Bagi yang mengalami akan mengerti, bagi yang memikirkannya akan menerima kebenarannya.
Edit...,
ReplyDeletePada Surah Al-A'raf di atas bukan "langit dan bum", tapi "langit dan bumi" ; bukan "otang-orang", tapi "orang-orang" ; bukan "berbarin", tapi "berbaring".
Hhhh...Ya Allah, betapa yang sempurna itu hanya Engkau Dzat Maha Sempurna dalam segalanya yang baik.
(Maaf ya sdr. Hanan corat-coretnya kebanyakan di blognya :-), trims.
syukron katsir atas masukan dan kritikannya. InsyaAllah saya bersyukur sekali tulisan saya dibaca dan bermanfaat bagi orang lain. Saya sebenarnya menulis tulisan ini semata2 lahir dari apa yg saya fikirkan, kadang bisa jadi kurang objektif bagi orang lain, dan mungkin itu tidak saya sadari. Ya, kita memang dalam menulis harus arif dan bijak. Mudah2an kita menjadi orang-orang yang mengerjakan apa yg kita ucapkan. Jazakumullah khairon katsir, siapapun anta atau anti:)
ReplyDeleteya, tak semua harus turun berjihad, tapi bukankah menuntut ilmu itu adalah salah satu jihad juga? yang insyaAllah untuk kemaslahatan umat:) subhanallah, masukan yg luar biasa saudara/i ku:)
ReplyDeleteAlhamdulillah,
ReplyDeleteMasya Allah, ketika cahaya-Nya telah sampai pada sesorang yang dikehendaki-Nya, maka segala sesuatu dapat dimanfaatkan sebagai suluh untuk semakin mengkilatkan cahaya, hidayah yang berlapis-lapis...,
Ya sdri. Hanan atau Evy :-) atau siapapun anda, insya Allah, anda saudara saya. Mari berdoa agar Allah SWT Dzat Maha Perkasa lagi Maha Pemurah, memberikan kita kekuatan agar tetap kukuh berjaga-jaga diperbatasan, hingga saat waktu perjumpaan yang dijanjikan-Nya tiba. Amin.
Sdri. Hanan, di blogsnya yang warna merah itu gambar bintang ya ?, masya Allah, seperti tangan kokoh yang mengepal ke angkasa, simbol perjuangan. "Kebenaran telah datang, yang batil pun lenyap. Memang suatu kepastian yang batil akan lenyap. Inya Allah.
ReplyDeleteDiam bagiku riuh yang seriuh-riuhnya.
ReplyDelete