Hati
Hati adalah cermin diri seorang insan. Tanpa hati, seorang manusia ibarat robot tanpa chip yang menggerakkannya. Hanya Allah yang mampu membolak-balik hati manusia. Sedangkan manusia hanya mampu menahan segala gejolak hati yang hadir di saat tertentu. Gejolak yang baik tentu diarahkan hanya padaNya, Rabb seluruh makhluk. Gejolak yang melenceng dari jalanNya sepatutnya diminimalisir agar hati ini tidak pingsan atau bahkan mati sama sekali. Hati ibarat cahaya yang diturunkan Allah sebagai anugerah bagi makhluNya. Hati yang sangat kecil ternyata menyimpan memori yang begitu besar. Hati bahkan mempengaruhi neuron-neuron saraf manusia, mendorongnya untuk melakukan sesuatu, dan memotivasinya untuk berfikir sesuatu. Maka, mampukah kita membuat hati ini menjadi chip yang mampu memuat dan mengatur bergygabyte memori yang ditujukan hanya pada muara terakhir rasa setiap makhluk? Allah, ya, Dialah muara terakhir itu, Rabb dan penggenggam jiwa setiap makhluk, bahkan pembolak-balik segala yang ada di seluruh alam semesat ini. Berusahalah. Semoga kita bukan orang terakhir yang berusaha untuk itu. Rasa dan gejolak hati memang fitrah, namun fitrah yang bagaimana tentunya yang dapat menghantarkan kita pada terminal terakhir, Allah Azza wa jalla.
Created by : Hanan2jahid (090804, muslimah room)
(Duh, kalau ingat soal hati, jadi malu sendiri :( habisnya, hati kadang masih suka milih2 sih, mana yg kita suka atau gak, hiks :( , mudah2an hati kita bisa bersih lagi ya, amiiiiiin. :)
1 comments
Assalammuallaikum wr,wb,
ReplyDeleteUkhti, hati itu adalah cermin, dan sebagaimana halnya cermin ia tidak memiliki bayangannya sendiri. Pada hakikatnya ia bersih dari cacat dan noda. Kita sendiri terkadang yang memburamkan atau bahkan mengotorinya dengan noda kekhilafan dan dosa.
Ukhti, hati itu luas dan besar, lebih luas dan besar dari gunung, karena gunung pun akan luluh untuk menerima firman-Nya, sedang hati-hati orang yang beriman, hati yang berserah diri pada-Nya lagi bersih, cukup untuk menampung firman-firman-Nya.
Ukhti, hati itu lebih halus dan lebih tajam dari panca indera, ia dapat menatap segala kelembutan rahmat dan karunia-Nya yang tidak mampu difahami oleh panca indera. Dan, cahaya-Nya hanya dapat dilihat, dirasakan dan difahami oleh hati..., wallahualam bishawab.
Semoga Allah SWT mengkaruniai kita hati yang bersih, sehingga tatkala tiba saatnya kita harus mempertanggungjawabkan eksistensi kita dihadapan-Nya, tak tersisa kekhawatiran dan duka cita, karena dengan rahmat-Nya, Dia Dzat Yang Maha Penyantun Lagi Maha Pemurah telah membersihkan hati kita. Wallahualambishawab.
"Duhai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya". (Al-Quran, Al-Fajr,Ayat 27-28).
Wasalam,