Yang Terbaik
“Katakanlah : ‘Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapat keberuntungan.”
(Al-An’am : 135)
Dipandang dari segi apa pun, menjadi yang terbaik adalah impian setiap orang. Muda, tua, anak-anak, siapa saja ingin menjadi sesuatu yang berarti di tengah-tengah komunitasnya. Tanpa terkecuali penjahat sekalipun walau sering merugikan orang lain, tetapi dalam hati kecilnya, ia tetap seorang manusia yang punya keinginan menjadi berarti dalam hidupnya. Mengapa demikian?
Itulah fitrah setiap makhluk Allah swt. Menjadi yang terbaik dalam hidupnya. Walaupun terkadang untuk mencapai hal yang terbaik, sebagian menghalalkan segala cara. Namun masih ada juga yang menempuh jalan yang terbaik pula. Begitulah manusia, seburuk-buruknya hidup seseorang, ia selalu mengikuti nalurinya.
Namun konteks “terbaik” yang bagaimana yang layak kita capai dan kita pertanggungjawabkan? Tentunya yang terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah swt. Parameternya haruslah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebagai muslim tentu kita berorientasi pada kebahagiaan dunia akhirat bukan? Semua muslim akan menjawab ya, sebab tak ada tujuan lain hidup di dunia selain bahagia dan tentu saja bahagia di akhirat.
Saya yakin siapa saja, kaya, miskin, cantik, jelek, akan mengharapkan kebahagiaan hidupnya. Walaupun sudut pandang terhadap kebahagiaan setiap orang berbeda pula. Namun satu yang pasti, “AKU INGIN MENJADI YANG TERBAIK”. Itulah azzam yang kuat menempel pada hati setiap orang. Maka seperti filsafat air :
“Bergeraklah dan dinamislah seperti air. Ketika ia bergerak ke seluruh penjuru arah, ia akan menghilangkan kotoran-kotoran yang melekat dari dirinya. Setiap air bergerak, ia akan memberikan manfaat bagi sekitarnya. Bahkan banjir sekalipun walau merugikan ia tetap memberi hikmah yang luar biasa bagi manusia. Namun ketika air hanya diam membisu, ia hanya akan menimbun dirinya dengan kotoran dan penyakit. Bahkan ia hanya memberikan kerugian bagi setiap yang memandangnya. Ia hanya akan merusak diri dan lingkungannya. Hanya bakteri dan mikroorganisme parasit yang memperoleh manfaat darinya.”
Filsafat air yang mana yang ingin kita tiru? Apakah dinamis untuk menjadi yang terbaik bagi apa saja dan siapa saja? Ataukah diam membisu untuk menjadi yang terbaik bagi parasit-parasit yang selalu mengikuti hidup kita? Jawabannya ada pada hati kita masing-masing.
Maka untuk menjadi yang terbaikdan bermanfaat bagi siapa saja, hanya ada satu kata yaitu : “BERGERAKLAH!!!”, lakukan apa saja yang terbaik menurut Allah dan parameter awal kita. Dan tetapkan tujuan awal kita hanya untuk Allah swt. Lakukanlah apa saja, baik itu beresiko maupun tidak. Atur strategi terbaik yang akan kita tempuh. Wallahu a’lam.
Created by : Hanan2jahid (080804, muslimah room)
0 comments