21 tahun yang lalu lahir seorang bayi mungil yang lucu, putih, suci tak berdosa. Tangisannya menghadirkan tawa dan kebahagiaan bagi sang ayah dan ibu. Walau sepanjang masa kecilnya lebih banyak merepotkan sang ibu, namun rona bahagia itu tak dapat disembunyikan. Betapa bahagianya mereka saat menimang sang anak, membesarkannya dengan berjuta harapan terpatri dalam dada.
Seiring berjalannya waktu, sang anak tumbuh besar dan mulai mengecap pendidikan. Satu kekurangan yang paling menonjol dari sang anak yaitu rasa ketidakpercayaan dirinya akan kemampuan yang ia miliki. Namun hal itu dapat tertutupi oleh berbagai prestasi, bakat dan pengalaman yang ia raih sejak TK sampai SMP. Berbagai organisasi dan kegiatan di luar sekolah selalu ia cari dan ikuti. Hinggap dari satu lembaga ke lembaga lain, dari satu kota ke kota lain, semua ia lakukan karena rasa keingintahuannya yang besar terhadap berbagai hal hingga ia memiliki semangat yang tinggi untuk meraihnya. Akhirnya sedikit demi sedikit rasa tidak percaya diri itu berkurang bahkan menumbuhkan sebuah tekad untuk meraih sesuatu yang lebih baik daripada itu.
Kemudian saat duduk di bangku SMU, ia menemukan komunitas itu.Komunitas cahaya, sebuah komunitas yang senantiasa mengajak kepada nilai-nilai rabbaniyyah, nilai-nilai kebenaran yang syamil sesuai Al-quran dan sunnah. Bertemu dengan manusia-manusia luar biasa yang mampu membuat dirinya terpesona akan sosok-sosok tawadhu’, cerdas, sholeh, dan mempunyai sikap kepemimpinan yang luar biasa baik terhadap diri sendiri maupun menularkannya kepada orang lain. Akhirnya ia pun bertekad untuk menjadi salah satu bagian dari komunitas tersebut. Berusaha menjadi manusia luar biasa dan terbaik. Itulah pilihannya. Menjadi yang terbaik di hadapan Allah maupun di hadapan manusia. Memahami betapa pentingnya tarbiyah islamiyah dalam kehidupan, sesuai yang diajarkan Rasulullah saw, lalu ia pun bergelut di jalan dakwah itu bersama orang-orang yang luar biasa.
Sekarang ia telah menjadi bagian dari kafilah kebenaran itu. Lalu seiring berjalannya waktu, banyak hal yang ia alami. Kondisi yang naik turun, cobaan, godaan, dan berbagai hal yang menjadi hakikat dari jalan dakwah itu ia jalani bersama saudara-saudara seiman.
Kini genap 21 tahun usianya. Memutar kembali ingatan masa silam. Berbagai hal yang telah dilalui. Ketika sebuah visi dipancangkan, maka telah tercapaikah visi tersebut? Sebuah perenungan yang dalam hendaknya mampu membangkitkan kembali azzam yang telah melekat dalam dirinya. Mari kita lihat, apakah target-targetnya telah maksimal atau tidak?
1. Qawiyul Jismi (jasmani yang kuat)----tampaknya masih belum maksimal, karena ia masih sering sakit-sakitan dan jarang melakukan riyadhoh. Hmmm....ia harus lebih rajin riyadhoh lagi dan memenuhi wajibat-wajibat seorang da’iyah dalam hal kesehatan, seperti general check up, nutrisi yang lengkap, istirahat yang efektif, dll.
2. Matiinul Khulqi (akhlaqnya solid)---tampaknya ia juga belum maksimal dalam pencapaian target akhlak ini. Masih banyak akhlak-akhlak Rasulullah yang belum ia aplikasikan. Masya Allah...mudah-mudahan selanjutnya ia mampu memperbaiki akhlaknya menjadi akhlak yang terbaik bagi sekitarnya
3. Mutsaqoful fikri (Fikiran yang intelek)---tampaknya lagi bagian ini pun masih belum maksimal, masih banyak hal yang belum ia pelajari dan kuasai. Ke depan, harus lebih rajin dan maksimal untuk memperluas wawasan dan pemenuhan terhadap kebutuhan akal lebih baik lagi
4. Qaadirun ‘alal kasbi (mandiri dalam hal mencari nafkah)---kalau soal ini ia masih berusaha melakukan yang terbaik. Mengalami maju mundur dalam hal usaha dan perekonomian, semoga proyek terbarunya mampu ia maksimalkan untuk mencapai target ini. Kunci-kunci rizki itu ada pada 10 pintu, 9 di antaranya adalah melalui perniagaan.
5. Saliimul Aqidah (akidah bersih)---Astaghfirullah...mudah-mudahan Allah mengampuni segala hal yang menyebabkan akidah ini tidak bersih dan kita semua terhindar dari akidah yang kotor. Saliimul akidah adalah pondasi utama bagi seorang muslim. Semoga ia mampu memaksimalkan hal ini, dan itu harus.
6. Shohihul Ibadah (ibadah yang benar)---Astaghfirullah...ibadah yang benar hanya dapat kita capai ketika kita mengerti ilmunya dan mencontoh apa yang diajarkan Rasulullah saw. Ini juga sebuah keharusan dalam aplikasi berakidah.
7. Mujahadatun Nafsi (jiwanya bersungguh-sungguh)---tampaknya dalam hal ini ia harus lebih bersungguh-sungguh lagi, karena orang-orang di seberang kita telah memperlihatkan kesungguhannya, maka sebagai seorang muslim ia harus lebih bersungguh-sungguh lagi dalam hal apapun.
8. Harishun ‘ala waqtihi (efisien dalam waktunya)---hmm...ia masih kerepotan juga dalam manajemen waktunya. Tapi tetaplah berusaha semaksimal mungkin, karena ketika muslim mempunyai kesungguhan, ia akan mampu mengatur waktunya dengan baik
9. Naafi’un Lighairih (bermanfaat bagi orang lain)---sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Semoga ia mampu memaksimalkan dirinya untuk menjadi yang bermanfaat bagi siapa saja.
10. Al-munazhon fi hayatihi (teratur dalam urusannya)---lagi-lagi masalah ini belum maksimal juga. Urusannya kadang acak-acakan, tidak teratur, namun sepanjang waktu berjalan dan ia berusaha belajar dengan maksimal mudah-mudahan ia mampu menjadikan hidupnya lebih teratur
Wah, jika dilihat dari pencapaian targetnya, kelihatannya anak ini masih belum maksimal, bahkan belum mencapai 50%. Ia harus lebih bersungguh-sungguh lagi dalam menjalani sisa hidupnya yang tidak tahu akan samapi kapan. Sudah 21 tahun waktu hidupnya di dunia, dan selama itu masih belum maksimal hal-hal yang ia lakukan. Astaghfirullah...semoga Allah mengampuninya dan memberikan kekuatan dan kesempatan untuk memperbaiki dirinya. Amin.
Ketika usia kita telah bertambah, maka waktu kita di dunia ini semakin berkurang. Maka hal apa lagikah yang dapat kita sombongkan? Momentum kelahiran hendaknya dijadikan sebuah momentum untuk memuhasabahi atau mengintropeksi diri kita, sudah sejauh manakah kita memberikan kontribusi terhadap din islam ini? Sudah seberapa banyak orang yang kita serukan kebenaran dan kita ingatkan dari kemaksiatan? Sudah seberapa bagus kualitas diri dan orang lain yang kita bentuk? Lalu sudah sejauh mana kita memberikan kontribusi terhadap dakwah ini? Atau kita malah menjadi penghujat dan perusak dakwah ini? Na’udzubillah. Astaghfirullah....
NB : tuh, masih banyak yang harus dibenahi dari diri ini. Do’akan hanan untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam kebenaran. Allahuakbar !!!
Created by : Hanan2jahid, saat usiaku genap 21 tahun.